Respon Ulama Kepada Serial "Abad Kejayaan"

Tomi Tresnady Suara.Com
Sabtu, 24 Januari 2015 | 21:30 WIB
Respon Ulama Kepada Serial "Abad Kejayaan"
Serial televisi 'Abad Kejayaan'
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tampilan berbeda terlihat dalam lanjutan serial fiksi “Abad Kejayaan” di ANTV yang belakangan mendapat perhatian pemirsanya. Kupasan sederhana mengenai  nilai-nilai yang menarik untuk pemirsa dalam cerita Abad Kejayaan disampaikan oleh ulama PBNU yang diwakili Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama. Salahsatunya yang disampaikan oleh Ketua Lembaga Dakwah PBNU, KH Zakky Mubarak MA pada episode 24 yang memberikan kupasan ringkas pertama kali di penutup Abad Kejayaan.

Paparan ringkas hikmah cerita Abad Kejayaan muncul sejak Kamis (22/12015) melalui filler penutup serial tersebut dan akan muncul berbeda pada setiap episodenya. Menurut Kyai Zakky, apa yang digambarkan serial Abad Kejayaan sebagian besar adalah apa yang terjadi pada sejarah perjalanan Islam di dunia.

“Kalau mengganggap tidak sesuai dengan sejarah Islam, sejarah Islam yang mana? Ya, itulah salah satu peradaban dan kerajaan Islam di belahan dunia mana pun. Silakan pelajari sejarah Islam dunia secara menyeluruh.,” kata Kyai Zakky.

Jangankan di Turki (Kekaisaran Ottoman/Kesultanan Ustmaniyah) kata Kyai Zakky, di Arab Saudi saja, setelah era Khulafaur Rasyidin (kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib) pemerintahan Islam berubah menjadi kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun.

“Seorang khalifah pada masa Khulafaur Rasyidin, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan, selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan setelah era sesudahnya sering bertindak otoriter,” ujar Kyai Zakky.

Ulama kelahiran Cirebon, 20 Februari 1950 itu juga menambahkan bahwa fenomena perbudakan, selir, raja punya banyak wanita pendamping, adalah sesuatu yang wajar pada banyak kerajaan, termasuk kerajaan Islam. “Jangan dikaitkan atau melihatnya dengan kacamata zaman sekarang,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU, Dr. Al Zastrow Ngatawi, M.Si, menganggap permintaan untuk menghentikan penayangan "Abad Kejayaan" terlalu berlebihan, dan justru dapat menimbulkan kesan negatif pada citra umat Islam.

"Kita tidak bisa menghadapi ini secara emosional, apalagi menekan dengan menggunakan intimidasi atau kekuatan massa. Alih-alih bisa mengembalikan citra Islam sebagai agama suci, tapi justru bisa jadi pembuktian bahwa umat Islam itu cengeng, mudah marah, tidak kreatif, dan gampang tersinggung," tuturnya dalam diskusi bertajuk "Abad Kejayaan: Antara Fiksi, Sejarah, dan Agama" di Kantor PBNU, Kramat, Jakarta Pusat, Jumat (23/1).

Al Zastrow melanjutkan, pro-kontra "Abad Kejayaan" justru bisa jadi momentum strategis pengenalan sejarah Islam yang selama ini dipinggirkan dan disingkirkan dalam wacana pengetahuan masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI