Food truck berwarna kuning terang itu sepintas seperti kedai-kedai mobil yang menawarkan makanan di Islamabad, Pakistan. Namun kalau Anda simak baik-baik, semua pelanggannya terlihat menggerak-gerakkan tangan sewaktu memesan makanan.
Abey KHAO!, begitu nama food truck itu, yang artinya “The Eat Guys” . Para stafnya semua tunarungu atau memiliki gangguan pendengaran. Alhasil, pelanggan harus menggunakan bahasa isyarat untuk bisa berkomunikasi dengan mereka.
Tentu tidak semua orang bisa menggunakan bahasa isyarat, dan karena itu di bagian samping truk itu ada beberapa petunjuk sederhana yang memudahkan komunikasi. Singkat kata, Anda bisa menyampaikan pernyataan seperti “halo”, “terima kasih”, “ya” atau “tidak” dalam bahasa isyarat dengan melihat petunjuk itu.Untuk lebih spesifik memilih makanan, pelanggan bisa merujuk pada daftar menu yang terpasang di badan mobil atau lembaran kertas. Food truck ini sering ditemukan parkir di halaman kampus Millennium UniversalCollege.
Misal Shahzad, seorang mahasiswi, mengaku senang menikmati makanan food truck itu. Ia mengatakan, di tempat itu, ia dan teman-temannya juga bisa belajar bahasa isyarat.
“Saya belajar mengatakan ‘halo’ , ‘terima kasih’, ‘persahabatan’, “’ya”. atau ‘tidak’, dan lain-lain. Ini sangat menyenangkan. Saya belajar banyak di sini. Terus terang setiap kali kami bertemu dengan penyandang tunarungu, kami tidak tahu bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Di badan food truck ini ada petunjuk sederhana yang sangat membantu semua orang ketika ingin memesan.”Sheikh Faizan, pemilik bersama food truck itu, juga penyandang tunarungu. Kepada Reuters ia mengatakan, usahanya itu ditujukan untuk memberdayakan para tunarungu. Menurutnya, banyak bisnis menolak mempekerjakan para penderita gangguan pendengaran, dan instansi pemerintah pun, seandainya merekrut, cenderung menempatkan mereka untuk pekerjaan kelas rendahan. Bisnisnya, kata Faizan, memberi para staf kepercayaan diri dan pengakuan atas kemampuan mereka sebagai manusia yang bermartabat.
Food truck Abey KHAO! sesungguhnya adalah bisnis keluarga. Ayah, ibu dan saudara laki-laki Faizan tidak bisa mendengar sama sekali atau mengalami gangguan pendengaran parah. Hanya saudara perempuannya, Ayesha Raza, yang bisa mendengar. Razalah yang memunculkan gagasan itu untuk membantu kedua saudara laki-lakinya. Kini ada beberapa kedai mobil Abey Khao yang beroperasi di Islamabad.Ayesha Raza mengatakan, “Mayoritas pemuda tunarungu menganggur di Pakistan, dan mereka menghadapi masalah seperti hambatan bahasa, ketidaksetaraan dan diskriminasi. Di Abey KHAO!, pelanggan berusaha merangkul mereka. Mereka memesan makanan dalam bahasa isyarat. Abey Khao berusaha menjembatani kesenjangan komunikasi antara komunitas tunarungu dan masyarakat pada umumnya.”