DALAM dunia beladiri, orang yang berlatih atau memulai berlatih lebih dulu, bukan berarti akan menjadi yang terbaik atau paling menguasai. Bahkan yang berlatih belakangan bisa jadi lebih hebat dari yang berlatih lebih dahulu.
Semuanya tergantung bakat, kedisiplinan dan ketekunan. Bakat dan kemampuan cepat menangkap pelajaran adalah faktor modal utama dan istimewa, tetapi yang lebih penting adalah ketekunan dan disiplin latihan.
Ada sebagian orang yang diciptakan Tuhan dengan bakat luar biasa (jenius) yang mampu menyerap materi pelajaran beladiri dengan cepat, lebih banyak dan bahkan hanya melihat contoh yang diperagakan gurunya beberapa kali saja.
Dalam belajar beladiri tidak berlaku istilah siapa yang berlatih lebih dulu(senior) akan menjadi yang paling bagus. Seseorang yang berlatih lebih dulu tapi malas-malasan berlatih keilmuannya akan kalah dengan yang mulai berlatih belakangan tapi kontinu, disiplin, tekun, dan pantang menyerah.
Demikian halnya seseorang dengan kemampuan bakat yang baik, tanpa adanya kontinuitas latihan juga merupakan hal yang sia-sia.
Orang yang tidak berbakat atau bakatnya pas-pasan tapi rajin dan tekun akan lebih berhasil dalam belajar.
Sering terjadi dan hal yang lumrah junior bisa melewati senior. Padahal dulu junior adalah murid baru belum bisa apa-apa, tapi sekarang skill dan tekniknya sudah luar biasa melebihi seniornya. DIa sering menjadi juara, mengoleksi banyak penghargaan, piala, medali, dan sertifikat.
Ilustrasi
Timbulkan Rasa Iri Senior
Hal yang demikian kadang menimbulkan rasa iri senior kepada junior. Bahkan untuk meningkatkan semangat berlomba meningkatkan ilmu, tidak jarang sang guru sengaja menciptakan persaingan agar para murid berlomba-lomba menjadi yang terbaik.
Yang tentu saja persaingan yang sifatnya adil dan positif bukan saling sikut atau menjegal yang hanya menimbulkan permusuhan.
Guru yang baik akan bangga dan senang jika muridnya mencapai keilmuan mumpuni dan terutama prestasi lebih baik dari gurunya.
Kebanyakan seni beladiri di era modern berpatokan dengan pemakaian sistem peringkat yang dilambangkan berdasar warna sabuk untuk menunjukkan peringkat atau tingkatan belajar praktisinya.
Tingkatan warna sabuk masing-masing aliran bahkan perguruan tentu saja beda-beda sesuai dengan aturan dan kurikulum masing-masing.
Pada aliran beladiri tertentu ,sabuk hitam melambangkan sabuk tertinggi, sedangkan sabuk warna putih diidentikkan dengan pemula.Namun di aliran lain justru sabuk putihlah yang menjadi tingkatan tertinggi.
Dalam suatu aliran atau perguruan tidak jarang ada yang sabuknya naik dengan pesat yang tentu saja berdasar pencapaian yang diperoleh melalui ketekunan.
Seni beladiri membutuhkan pengorbanan, dedikasi, komitmen, ketekunan, kedisiplinan, fokus, dan kecintaan yang dalam.
Seni beladiri membutuhkan proses seperti menanam pohon harus rajin merawat , menyirami , memberi pupuk maka suatu saat akan panen sesuai dengan yang kita usahakan.
Jangan Ciptakan Pembatas
Penulis bersama beberapa rekannya sedang berlatih. Foto: Dok
Seni beladiri bagaikan lautan luas jangan ciptakan pembatas untuk diri sendiri (jangan tertutup dan fanatik).
Seni beladiri merupakan perjalanan seumur hidup.Seperti bernafas setiap hari ,jangan pernah bosan.Beladiri tidak ada akhir dan tingkatan tertinggi.Karena seorang pelatih adalah seorang murid yang tidak pernah berhenti belajar.
Dari 1.000 orang yang menggemari seni beladiri, hanya 100 yang mau belajar, dari 100 orang tersebut hanya 10 yang tetap bertahan, dan akhirnya hanya satu orang yang tersisa menjadi seorang master sejati.
Odi Purwanto, The Belts Collector
The post Dalam Seni Bela Diri Senior Bisa Tertinggal Jauh dari Juniornya appeared first on SuaraBaru.id.