Dahulu kala, yakin atau tidak yakin, percaya atau tidak percaya hubungan manusia dengan Ilahi (Mulajadi Nabolon) sangat dekat. Pada masa itu hukum positif belum dikenal. Demikian juga halnya dengan aliran kepercayaan.
Manusia dapat secara langsung menyampaikan hasratnya kepada Mulajadi Nabolon melalui tonggo-tonggo (doa). Diyakini pula ada Raja Parbaringin utusan setiap garis keturunan yang disebut Pangulu Raja bersama dolinya. Mereka mengetahui apa saja yang akan terjadi semisal Partaonan, wabah penyakit, hal-hal yang akan terjadi di daerahnya.
Jika sebuah keluarga yang tidak memiliki keturunan anak laki-laki pergi ke orang pintar untuk menanyakan SORO NI ARPI (nasib), orang pintar tersebut mengatakan harus memanggil Raja Bius. Dengan demikian yang meminta keturunan laki-laki tadi mengundang Raja Bius agar melantunkan tongo tonggo kepada sang dewata.