Hampir dua tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Masyarakat Kota Medan juga mengalami krisis menghadapi pandemi ini. Nurhayati Sinaga salah satu masyarakat yang tinggal di jalan ayahanda sei putih tengah menyatakan bahwa sejak pandemi covid-19, keluarga mereka mengalami penurunan pendapatan. Nurhati menjelaskan bawa anaknya bekerja sebagai pekerja kontrak dan dibayar sesuai dengan capaian target. Sejak pandemi, anak beliau sulit memenuhi target pekerjaan dan menyebabkan pendapatnya menurun secara drastis.
Selain itu, beliau juga kesulitan memenuhi kebutuhan data internet cucunya yang masih sekolah. “Selama Pandemi, anak – anak belajar dari rumah, jadi ada kebutuhan beli pulsa, tapi seminggu sekali anak-anak juga tetap ke sekolah. Jadi memang lebih susah, kalau dulu paling cuma mikirin ongkos. Klo ongkos kan tiap hari dikeluarkan masih bisalah dicarikkan, tapi klo paket internet ini kan mahal, tiap minggu pasti habis.” Paparnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Sarpendus Pandiangan, seorang warga yang tinggal di Jalan Maju 8 kelurahan kwala bekala. Beliau berprofesi sebagai pemulung dan merasa bahwa penghasilannya sangat menurun sejak Pandemi. Bukan hanya hasil pulungan yang menurun, namun harga jual barang bekas juga mengalami penurunan.
Menyikapi pandemi yang masih berdampak buruk bagi ekonomi masyarakat, Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) melalui dukungan dari TDH German,melakukan pendistribusian 500 paket sembako yang terdiri dari beras, telur, biskuit, minyak makan dan gula pasir kepada masyarakat di lima lokasi yaitu Kelurahan Sei Agul, Kelurahan Kwala Bekala, Kelurahan Lalang, Kelurahan Damak Maliho dan Kelurahan Bandar Khalifa. Tidak hanya sembako, PKPA juga mendistribusikan 300 paket belajar berupa tas, buku, pulpen dan paket internet bagi pelajar yang disebar ke lima kelurahan tersebut. Pemberian paket sembako dan paket belajar ini dilaksanakan selama 2 hari sejak 11 oktober 2021. Kegiatan ini juga diinisiasi dalam rangkaian peringatan hari ulang tahun perak PKPA yang ke-25.