Meski Produksi Meningkat, Harga Minyak Dunia Masih Menguat

Harga minyak patokan internasional, ditutup meningkat 80 sen, atau 1 persen menjadi USD80,80 per barel.

klikpositif
Kamis, 6 Januari 2022 | 14:11 WIB
Meski Produksi Meningkat, Harga Minyak Dunia Masih Menguat
Sumber: klikpositif

KLIKPOSITIF - Ditengah meningkatnya produksi oleh OPEC Plus, harga minyak dunia terus menguat. Dilansir dari CNBC, Kamis (6/1/2022) harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup meningkat 80 sen, atau 1 persen menjadi USD80,80 per barel.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melesat 86 sen, atau 1,1 persen menjadi USD77,85 per barel. Pasar memangkas kenaikan setelah risalah dari pertemuan terakhir Federal Reserve dirilis, yang menunjukkan pembuat kebijakan mungkin harus menaikkan suku lebih cepat daripada yang diantisipasi pasar.

Minyak turun, mengikuti aset berisiko lainnya, seperti saham. Stok minyak mentah Amerika menyusut 2,1 juta barel, sebagian karena insentif pajak bagi produsen untuk mengurangi persediaan sebelum akhir tahun.Namun, persediaan bensin melonjak lebih dari 10 juta barel, dan stok sulingan naik 4,4 juta barel. Analis mengutip permintaan yang lemah selama pekan terakhir 2021 karena orang-orang mengurangi aktivitas akibat varian Omicron virus korona. Amerika Serikat melaporkan hampir 1 juta infeksi virus korona, Senin, penghitungan harian tertinggi dari negara mana pun dan hampir dua kali lipat dari puncak AS sebelumnya yang dicapai seminggu sebelumnya.

Produk yang dipasok secara keseluruhan, proksi untuk permintaan, turun tajam, meski empat minggu terakhir melihat permintaan yang lebih kuat daripada periode yang sama dua tahun lalu sebelum hadirnya pandemi. Produsen OPEC Plus--yang mencakup anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak bersama Rusia dan lainnya Selasa, setuju untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Februari, seperti yang mereka lakukan setiap bulan sejak Agustus.

Namun, OPEC Plus mungkin akan berjuang untuk mencapai target itu, karena sejumlah anggota termasuk Nigeria, Angola dan Libya, menghadapi kesulitan meningkatkan produksi.

BERITA LAINNYA

TERKINI