Bangun Literasi Anak di Perbatasan RI

Menjadi salah satu daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) di Indonesia tak membuat masyarakat di kabupaten Malinau, Kalimantan Utara menyerah pada keadaan

hestek
Sabtu, 7 Agustus 2021 | 14:55 WIB
Bangun Literasi Anak di Perbatasan RI
Sumber: hestek

Jakarta – Menjadi salah satu daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) di Indonesia tak membuat masyarakat di kabupaten Malinau, Kalimantan Utara menyerah pada keadaan, khususnya soal pendidikan.

Masyarakat di sana yang terdiri dari para pemuda saling bahu-membahu mendorong literasi anak.

Para pemuda tersebut tergabung ke dalam Ikatan Keluarga Baca Malinau (IKBM). Tercatat, sudah ada 17 Taman Baca Masyarakat (TBM) yang dibentuk oleh IKBM di kabupaten seluas 40.000 km persegi ini.

Organisasi yang lahir dari kerja sama kemitraan Innovation for Indonesia’s School Children (INOVASI), Yayasan Litara, dan Komunitas OPOB (One Person One Book), pemerintah desa, dan program tanggung jawab sosial perusahaan yang ada di Malianuini tak sekadar mengajar membaca kepada anak-anak.

Tetapi, melakukan proses perubahan pendidikan yang lebih baik.

Tercatat, berdasarkan data Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia Kemendikbud tahun 2016, keterampilan membaca rata-rata siswa kelas 4 SD di Kalimantan Utara adalah 37,01.

Nilai ini berada dua poin lebih rendah di bawah rata-rata nasional, yakni 39,90.

Sumber: Foto: Dok Pribadi(foto diambil sebelum pandemi)/Kisah Pemuda Malinau Berjuang Bangun Literasi Anak di Perbatasan RI

Bahu-membahu mendorong literasi anak menjadi salah satu sikap gotong royong dalam konsep Bhineka Tunggal Ika.

Hal itu juga yang dipegang oleh para masyarakat, khususnya di Malinau guna meningkatkan pendidikan di perbatasan Indonesia.

Hal ini semakin membangkitkan semangat para pemuda di Malinau untuk saling bahu-membahu membantu literasi anak di daerahnya.

Salah satu relawan IKBM sekaligus Ketua IKBM Olipianti mengaku tergerak hatinya ketika melihat anak-anak di daerahnya belum pandai membaca.

“Motivasi karena terbebani dengan anak-anak di sini, kelas 6, 4 kok belum bisa membaca, karena kalau di kota kelas 1 sudah membaca. Di sekolah ngapain saja? Dari situ, akhirnya terbebani dan terjun di bidang literasi,” ungkap dia saat berbincang dengan detikEdu dan ditulis, Jumat (7/8/2021).

Olip yang menyelesaikan pendidikan S1 di jurusan guru ini pun langsung menetapkan hati untuk membantu literasi di daerahnya. Ia memutuskan untuk pulang ke kampungnya dan mengajar anak-anak di sana.

Saat ini Olip menjadi relawan di TBM Rumah Mileh, Desa Kaliamok, Malinau, Kalimantan Utara. TBM tersebut dibangun dengan harapan yang sama dengan arti namanya, yakni ‘rumah pintar’.

Senada dengan Olip, relawan IKBM lainnya, Dedy Apriansyah mengaku ingin mendorong literasi anak-anak di desanya karena melihat langsung kondisi literasi yang kurang.

Sebab, selama ini ia mengajar di salah satu sekolah di desanya.

“Pendidikan itu tak hanya di sektor pemerintah saja, dan orang tua harus ada juga. Jadi saya mau bergabung ke IKBM untuk meningkatkan kemampuan anak-anak. Saya sebagai guru jadi penyambung komunikasi dengan sekolah,” imbuh dia.

Dedy menuturkan bahwa rendahnya tingkat literasi di Malinau bukan karena anak-anak malas membaca. Tetapi, hal itu dikarenakan kurangnya buku bacaan sesuai dengan umurnya.

Buku bacaan anak-anak di Malinau, kata Dedy, kebanyakan berbentuk penuh teks sehingga menurunkan minat baca.

“Sebenarnya bukan malas baca. Jadi memang kurangnya buku dan sekarang dibantu INOVASI dan LITARA jadi ada pemilihan buku untuk anak yang tepat, jadi bukan cuma buku teks, ada gambarnya,” terang pria kelahiran Tarakan, 8 April 1993 ini.

Dari pengalaman tersebut, Olip dan Dedy akhirnya memutuskan untuk terjun langsung menjadi relawan pemuda literasi di Malinau. IKBM sendiri resmi berdiri pada 6 September 2019.

Kegiatan mereka biasanya dimulai di pukul 04.00 sore dan berakhir satu jam setelahnya. Namun, tak jarang mereka tetap mengajar di luar waktu tersebut karena antusias anak-anak pada kegiatan membaca.

“Kegiatan di TBM beda-beda tiap hari. Di tempat Mba Olip tiap Jumat dan Sabtu, jam 4-5 sore. Kegiatan anak-anak sebelum jam 4 sudah ramai. Mereka antusias banget dan selain itu mereka datang sama orang tua karena sangat support,” kisah Olip.

Biasanya, kegiatan relawan dimulai dengan permainan. Kemudian, tiap anak dibagi berdasarkan kemampuan literasi dan dimulai dengan story telling atau belajar membaca di buku yang diinginkan anak-anak dan berakhir dengan tanya jawab.

“Kegiatan bermain sambil belajar, jadi kita sudah siapkan permainan itu lihat kondisi mereka juga, jadi ajak mengenal huruf, misalnya. Kalau yang lancar membaca kita libatkan untuk membaca ke adik-adiknya. Kemudian, full story telling, aku bawa beberapa buku dan mereka pilih mau yang mana, dan nanti ditanya ulang apa yang didapatkan dari pelajaran ini. Kalau bisa jawab mereka dapat apresiasi,” jelas wanita berusia 27 tahun ini.

Sedangkan, di TBM Kualalupang yang menjadi tempat Dedy mengajar biasa dihadiri lebih dari 50 anak dengan jumlah relawan hanya sebanyak 4 orang.

Kegiatan mereka biasa dilakukan dengan membagi kelompok belajar terlebih dahulu.

Semua data kemampuan literasi anak pun didapatkan dari kerja sama antar sekolah. Sehingga, TBM dan sekolah setempat saling membagi data kemampuan membaca anak untuk bisa ditingkatkan kembali di TBM.

“Biasanya saya membuat pengumuman di sekolah, dan anak-anak (agar datang ke TBM) itu kita kerja sama dengan orang tua, dan guru, jadi mereka datang,” ungkap Dedy.

Kegiatan yang melibatkan banyak dukungan dari berbagai pihak ini pun berjalan sukses. Bahkan, suatu ketika pernah orang tua yang terjun langsung membacakan buku kepada anaknya di TBM.

Namun saat pandemi terjadi, semua kegiatan belajar di TBM dihentikan sementara. TBM hanya menyediakan kegiatan pinjam buku dan belajar tatap muka terbatas ketika kasus COVID-19 sedang turun.

Hasil Kegiatan Literasi di TBM

Untuk mengukur hasil pendampingan belajar di masa pandemi, Litara, ITB dan IKBM pun melakukan survei penilaian. Survei ini dilakukan di 3 kecamatan, yakni Malinau Kota, Malinau Barat, dan Malinau Utara dengan melibatkan 83 siswa di 6 sekolah.

Hasilnya, diketahui sebanyak 60% anak mengalami peningkatan yang signifikan dalam membaca. Kemudian, sebanyak 35% anak mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam membaca.

Artinya, anak yang awalnya belum bisa membaca, setelah ikut belajar di TBM bisa membaca kata.

Terakhir, hanya sebanyak 5% anak tidak mengalami perubahan. Anak-anak yang awalnya belum mengenal huruf, pada akhir kegiatan baru bisa mengenal suku kata.

Menurut para relawan, kegiatan ini ternyata juga berdampak positif ke aspek lain, seperti sopan-santun dan percaya diri.

Olip mengungkapkan bahwa anak-anak di desanya sebelum mengikuti kegiatan di TBM biasa berbicara dengan orang dewasa, seperti layaknya seumuran.

Namun, kini karakter mereka lebih terbentuk dengan sopan-santun serta penambahan kosa-kata Bahasa Indonesia.

“Waktu mereka datang ke TBM, karakter mereka ngomong sama orang dewasa kaya seumuran, jadi nyebut nama. Uniknya, mereka ternyata di TBM dibentuk secara intelektual, jadi mereka juga sopan santun. Selalu selamat pagi, salim, dan ada kata terima kasih, tolong. Lalu, ada penambahan kosa-kata bahasa Indonesia, bisanya pakai bahasa daerah,” ungkap Olip.

Selain itu, Dedy juga melihat tumbuhnya rasa kepercayaan diri anak-anak di desanya usai mengikuti belajar di TBM.

Menurut dia, anak-anak yang tadinya malu untuk menjawab pertanyaan, sekarang jadi berani untuk mengungkapkan perasaannya.

“Mungkin kepada proses perubahan anak, seperti takut menjawab pertanyaan di sekolah dan di luar lingkup sekolah. Sekarang di TBM mereka berani. Lalu, dihubungkan dengan sekolah agar pola belajar anak disamakan,” kisahnya.

Para pemuda relawan ini pun berharap agar kehadiran IKBM akan terus eksis di kalangan anak muda untuk menjadi relawan dan anak-anak agar terus mau belajar.

Dengan begitu, tingkat literasi di Malinau bisa meningkat dan menjadi pusat di Kalimantan Utara.

“Harapan saya sebagai relawan sekaligus guru anak-anak tingkat literasi tumbuh dan berkembang. Tak menutup kemungkinan jadi center literasi di Kaltara. IKBM jadi terus bergerak dan mendukung program pemerintah,” tutup Dedy.

Sumber: detik.com

The post Bangun Literasi Anak di Perbatasan RI appeared first on #hestek.id.

BERITA LAINNYA

TERKINI