India Berusaha Ekstradisi Zakir Naik dari Malaysia

Tokoh fundamentalis tersebut telah tinggal di pengasingan di Malaysia selama lebih dari tiga tahun dan memiliki tempat tinggal permanen di negara Asia Tenggara tersebut. 

dw
Jumat, 19 Juni 2020 | 12:07 WIB
India Berusaha Ekstradisi Zakir Naik dari Malaysia
Sumber: dw

Pendakwah muslim India kontroversial Zakir Naik adalah tersangka terbaru yang diumumkan pihak berwenang India dalam penyelidikan mereka atas kerusuhan di New Delhi, Februari lalu. Demikian dilaporkan media India, The Quint. 

Dalam permohonan yang diajukan oleh kepolisian Delhi pada  tanggal 15 Juni, polisi menuduh salah seorang terdakwa dalam kerusuhan itu, Khalid Saifi, telah bertemu dengan Zakir Naik di luar negeri dan meminta dukungannya untuk "menyebarkan agendanya." Zakir Naik, buronan yang sekarang bermukim di Malaysia, membantah mengetahui atau telah bertemu Saifi, demikian menurut The Quint. 

Insiden itu telah memperbaharui perdebatan politik dan agama seputar pengkhotbah kontroversial itu. Pada tanggal 14 Mei, India meminta Naik untuk diekstradisi. Tokoh fundamentalis tersebut telah tinggal di pengasingan di Malaysia selama lebih dari tiga tahun dan memiliki tempat tinggal permanen di negara Asia Tenggara tersebut. 

Zakir Naik menghadapi tuduhan menyebarkan ujaran kebencian di India, serta pencucian uang. Dia dituduh memperoleh aset kriminal senilai 28 juta dollar AS untuk membeli properti di India dan membiayai acara-acara di mana dia menyampaikan "pidato provokatif".Tuduhan itu dibantahnya. Dia telah berulang kali membantah tuduhan bahwa dia memprovokasi kekerasan agama dan mengatakan media telah "menggunakan klip video dan sejumlah skema tidak jujur" untuk menuduhnya melakukan terorisme. 

Para ahli telah berkomentar bahwa karakter politik yang kompleks di sekitar kasus Naik - ditambah dengan meningkatnya ketegangan agama di wilayah tersebut - dapat membuat skema ekstradisi semakin sulit. 

Siapakah Zakir Naik? 

Sebagai seorang pendukung aliran pemikiran garis keras Salafi, Zakir Naik mempromosikan Islam radikal di saluran televisi Peace TV. Jaringan televisi satelit itu telah dilarang untuk disiarkan di India, tetapi diperkirakan memiliki 200 juta pemirsa di seluruh dunia. Bermarkas di Dubai, Peace TV dimiliki oleh Islamic Research Foundation (IRF), sebuah kelompok yang dipimpin oleh Naik. 

Pengkhotbah ini juga memiliki gelar dalam bidang kedokteran dan biasanya terlihat mengenakan setelan jas dengan Taqiyah (kopiah). Tidak sampai bulan Juli 2016, ia menjadi perhatian internasional, setelah serangan mematikan di kafe Holey Artisan di Dhaka, Bangladesh. Naik dituduh menginspirasi salah satu pria bersenjata melalui pidatonya, sebuah tuduhan yang dengan keras ia bantah dan menuduh media di Bangladesh bersensasi. 

Pada bulan November 2016, lembaga kontraterorisme India mengajukan pengaduan resmi terhadap Zakir Naik, menuduhnya mempromosikan kebencian agama dan kegiatan yang melanggar hukum. Tahun berikutnya, Zakir Naik mencari suaka dan pindah ke Malaysia. 

Umpan politik 

Sejak pindah ke Malaysia, Zakir Naik diduga menerima dana untuk IRF dari Qatar, Turki dan Pakistan. Laporan-laporan telah muncul selama masa ketika Turki, Pakistan dan Malaysia meningkatkan kritik mereka terhadap perlakuan India terhadap populasi minoritasmuslim. 

"Malaysia, Turki, dan Pakistan adalah negara-negara Islam modern, mencoba mendamaikan Islam dengan bisnis, sains, dan ekonomi. Mereka tidak akan menentang  pengkhobah seperti Zakir Naik, yang mempromosikan Islam," kata Atul Singh, pendiri Fair Observer, organisasi media nirlaba AS. "Dia melayani kepentingan mereka untuk memiliki pengaruh budaya di kalangan muslim India." 

Pakar lain melihat Zakir Naik sebagai bagian dari ambisi Malaysia, Turki dan Pakistan yang lebih luas untuk mencari aliansi. "Turki dan Pakistan berusaha menjadi kekuatan lunak untuk mengatasi islamofobia. Pada akhirnya, Turki, Pakistan dan Malaysia terikat oleh simbolisme Islam," kata Hajira Maryam, seorang peneliti di lembaga penyiaran internasional Turki, TRT World. 

Menginspirasi ISIS dan al-Qaida 

India melanjutkan perjuangannya dalam mengumpulkan dukungan internasional untuk mengekstradisi Naik. Interpol telah menolak untuk mengeluarkan Red Notice untuk memburu Zakir Naik di tiga kesempatan. 

"India ingin mengekstradisi Naik karena dia menyalahgunakan kekuasaannya untuk mempromosikan gambaran negatif tentang India. New Delhi juga khawatir tentang dampak Naik terhadap pemuda muslim di negara itu. Ada beberapa sel ISIS yang tidur di India telah termotivasi olehnya," kata Sreeram Chaulia, seorang dekan di Sekolah Hubungan Internasional Jindal di Sonipat. 

Di masa lalu, pengikut al Qaida yang ditahan dilaporkan mengatakan kepada para pejabat bahwa Naik adalah pengaruh yang signifikan terhadap mereka. Dia juga telah dikritik di India karena pandangannya tentang berbagai topik termasuk jihad, Hindu dan hak-hak perempuan. 

Singh mengatakan bahwa "India terutama berusaha mengekstradisi Naik karena dia telah mengkritik Modi dan berbicara tentang supremasi Islam."  

"Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa Zakir Naik adalah fundamentalis otoriter," ujar Singh. Ditambahkannya, Zakir Naik "percaya bahwa laki-laki diperbolehkan memukuli istri mereka 'secara ringan' dan bahwa kaum muslim memiliki hak untuk berhubungan seks dengan 'budak perempuan mereka.“ Dia melanjutkan: "Pada titik tertentu, Anda harus membela hak-hak individu atas hak-hak agama. Zakir Naik pantas dipenjara, bukan malah diberi panggung." 

Skeptisisme seputar ekstradisi Naik 

Beberapa kritikus berpendapat bahwa seruan New Delhi untuk ekstradisi Zakir Naik adalah bagian dari agenda nasionalis Hindu. 

Pada bulan Januari 2018, Hakim Manmohan Singh dari Pengadilan Banding untuk pencegahan pencucian uang menunjukkan bahwa Direktorat Penegakan (ED), pengawas kejahatan keuangan India, bertindak cepat dalam mencoba mengambil alih properti Naik di India, tetapi lambat dalam mengambil tindakan terhadap tokoh-tokoh Hindu yang kuat atas kasus pidana yang melibatkan mereka. 

"Ekstremis Hindu di India menggunakan pernyataan Naik untuk membenarkan tindakan mereka mengekstradisi dia. Naik pernah ditanya tentang ideologi jihad Osama bin Laden. Dia sangat menentang metode yang digunakan bin Laden, tetapi orang-orang mengaitkan interpretasinya tentang jihad. Jika seseorang salah mengartikan pengajaran Naik dan melakukan kejahatan, itu tidak adil untuk menyalahkan Naik," kata Naeem Baloch, seorang peneliti di Geo News Pakistan dan profesor tamu di University of Central Punjab di Lahore. "Zakir Naik tidak peduli dengan politik dan dia juga tidak tertarik untuk mengambil bagian dalam gerakan politik apa pun," tambahnya. 

Malaysia mungkin tidak menyerahkan Naik 

Malaysia belum mengomentari ekstradisi Naik. Para analis mengatakan bahwa keputusan Malaysia tentang apakah akan mengekstradisi Naik tergantung pada faktor agama dan politik. 

"Rezim Malaysia saat ini lebih Islami daripada rezim sebelumnya karena pengaruh Partai Islam Pan-Malaysia," kata Chaulia, merujuk pada kepemimpinan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin, yang naik ke tampuk kekuasaan Maret lalu, beraliansi dengan Perikatan Nasional. 

"Naik dipandang sebagai pengkhotbah agama yang penting bagi pemilih Melayu yang konservatif - yang terdiri dari sebagian besar basis suara koalisi Perikatan Nasional saat ini. Menyetujui untuk mengekstradisi Zakir Naik bisa berisiko mengikis basis itu," jelas Chye Shu Wen, seorang analis di London.  

Celah-celah dalam perjanjian ekstradisi juga memungkinkan pihak berwenang Malaysia untuk menolak ekstradisi. Pengacara yang bermarkas di New Delhi, Saurabh Chaudhary mengatakan Malaysia pada akhirnya dapat menolak untuk mengekstradisi Naik dengan alasan bahwa ia mungkin tidak menerima pengadilan yang adil di India. 

"Malaysia mungkin berpendapat bahwa mereka yang mengipasi sentimen antiminoritas di India jarang dituntut dengan kepelikan tuntutan yang dituduhkan kepada Naik," katanya. 

(ap/vlz)

Kelompok Salafis di Jerman Makin Banyak

Menurut laporan, semakin banyak pengikut salafi di Jerman yang menyatakan siap berangkat ke Suriah atau Irak untuk ikut "perang suci". Tahun 2013 tercatat hanya 2.000 anggota salafi yang berniat berjihad, tahun ini mencapai 7.000 orang.

Kelompok Salafis di Jerman Pelaku Terorisme

Menurut Badan Perlindungan Konstitusi Jerman, Verfassungsschutz, mayoritas pendukung Salafi di Jerman tidak terkait dengan aksi terorisme. Namun ”hampir semua pelaku dan jaringan teror Islamis yang beraksi di Jerman punya latar belakang Salafi”. Foto: Enea B. anggota Salafi, tersangka pelaku upaya pemboman di Bonn 2012 lalu.

Kelompok Salafis di Jerman Lebih Disorot

Seiring dengan pernyataan dukungan kepada Islamic State, kelompok Salafi semakin mendapat sorotan tajam di Jerman. Kelompok Salafi mengartikan ungkapan-ungkapan seperti ”Syariah” dan ”Jihad” secara radikal dan hanya berdasarkan pemahamannya sendiri. Pandangan Salafi tidak bisa dianggap sebagai pandangan warga muslim di Jerman.

Kelompok Salafis di Jerman Islam Moderat

Kebanyakan komunitas mesjid di Jerman dan para imamnya berpandangan moderat. Dan warga Muslim Jerman pun mengutuk kebiadaban teror yang mengatasnamakan Islam. September lalu, dengan motto: Melawan Kebencian dan Ketidakadilan, organisasi-organisasi muslim di Jerman menggelar aksi menentang penyalahgunaan nama Islam. Mereka menolak khotbah kebencian, ekstrimisme dan fanatisme.

Kelompok Salafis di Jerman Memancing di Air Keruh

Ada kelompok populis dari kalangan ekstrim kanan di Jerman yang sengaja memanfaatkan situasi saat ini untuk menyulut kebencian terhadap Islam. Sejak 20 tahun terakhir ada perubahan menarik yang terjadi di kalangan ekstrim kanan. Kalau dulu mereka fokus pada propaganda anti Israel, sekarang mereka makin fokus pada propaganda anti Islam.

Kelompok Salafis di Jerman Radikalisme Baru

Fenomena radikalisme baru di Jerman dengan alasan anti Islamis dicemaskan banyak pihak. Disadari, tren yang digalang kelompok Neo Nazi ini merupakan kebalikan dari fenomena makin banyaknya generasi muda Jerman bergabung dengan milisi Islamic State di Suriah.

BERITA LAINNYA

TERKINI