Mengapa Orang Asia Lebih Tangguh Hadapi Virus Corona?

Seluruh Asia mencatatkan kasus infeksi dan kematian Covid-19 relatif sangat rendah.

dw
Jumat, 12 Juni 2020 | 14:32 WIB
Mengapa Orang Asia Lebih Tangguh Hadapi Virus Corona?
Sumber: dw

Jepang yang menerapkan pembatasan jauh lebih lambat saat pandemi Covid-19 mencatat kasus infeksi dan kematian yang relatif rendah. Apa penyebabnya masih belum diketahui pasti oleh para ilmuwan. 

Menteri keuangan Jepang, Taro Aso, yang berusia 79 tahun ketika ditanya wartawan tentang tema ini menjawab pendek dalam bahasa Jepang: “Mindo!“ Terjemahan bebasnya, tingkat budaya tinggi.

Stasiun televisi TBS misalnya berteori, bahasa Jepang sangat sedikit memiliki kata yang harus diucapkan kencang, karena itu lebih sedikit percikan aerosol pembawa virus. Banyak warga Jepang juga meyakini, pola dan menu makanan mereka melindungi dari seraangan virus corona.

Seluruh Asia lebih tahan banting

Namun fenomena tahan virus corona ini bukan hanya muncul di Jepang. Seluruh Asia mencatatkan kasus infeksi dan kematian Covid-19 relatif sangat rendah. Secara statistik, Cina yang pertama melaporkan pecahnya pandemi, hanya mencatat tiga kasus kematian pe satu juta warga. 

Korea Selatan dan Indonesia masing-masing lima fatalitas per sejuta warga, Pakistan enam dan Jepang tujuh kasus fatalitas per sejuta warga. Bahkan Taiwan, Vietnam, Kamboja dan Mongolia tidak melaporkan ada satupun kasus kematian akibat Covid-19.

Bandingkan dengan tingkat fatalitas di Eropa dan Amerika yang sangat tinggi. Rekornya dicatat Italia, Spanyol dan Inggris dengan rata-rata 500 kasus kematian akibat Covid-19 per sejuta populasi. AS mencatat 300 kasus fatalitas per sejuta warga dan Jerman 100 per sejuta. 

Jika perbedaaan besar kasus fatalitas Covid-19 ini merujuk pada jumlah uji virus corona di kalangan warga, hal itu juga tidak punya basis kuat. Korea Selatan misalnya, menjadi negara dengan jumlah uji virus corona paling tinggi sedunia. Jepang juga melakukan tes secara terarah sejak awal pecahnya pandemi virus corona.

Karena itu para ilmuwan mencari penyebab rendahnya kasus infeksi dan kematian Covid-19 dari sisi lainnya. 

Wabah COVID-19 Kurangi Kemacetan di Asia Tenggara Jakarta, Indonesia

Indonesia, negara terbesar di Asia Tenggara, dan negara dengan populasi terpadat keempat di dunia memberlakukan lebih sedikit pembatasan dibandingkan dengan negara tetangga. Jakarta, pusat wabah corona di Indonesia, tetapkan keadaan darurat pada 20 Maret, dengan menutup sekolah dan mendorong karyawan untuk bekerja dari rumah. Meski begitu, lalu lintasnya tetap lebih sibuk daripada kota-kota lain.

Wabah COVID-19 Kurangi Kemacetan di Asia Tenggara Manila, Filipina

Di Manila, sekitar 3,5 juta kendaaraan diperkirakan tidak beroperasi sejak karantina ketat yang diberlakukan pada pertengahan Maret lalu. Hal ini membuat jalanan tampak lengang. Reuters melaporkan bahwa untuk menempuh perjalanan sepanjang 23,8 km di tengah pemberlakuan lockdown, hanya dibutuhkan waktu 20 menit saja. Waktu normal biasanya ditempuh lebih dari dua jam.

Wabah COVID-19 Kurangi Kemacetan di Asia Tenggara Ho Chi Minh City, Vietnam

Lalu lintas di Ho Chi Minh City biasanya sangat padat, apalagi di malam hari. Namun, selama pemberlakuan lockdown, tidak ada kemacetan yang terlihat sama sekali. Vietnam telah melonggarkan pembatasannya lebih awal dari kebanyakan negara lain, sehingga kondisi kemacetan di jalanan perlahan kembali. Negara berpenduduk 96 juta orang ini telah menunjukkan bahwa mereka berhasil mengendalikan virus.

Wabah COVID-19 Kurangi Kemacetan di Asia Tenggara Kuala Lumpur, Malaysia

Malaysia memberlakukan lockdown sebagian pada 18 maret karena kasus infeksi yang melonjak drastis. Kini, pembatasan dikurangi dengan mengizinkan bisnis untuk kembali beroperasi. Kuala Lumpur dikenal dengan kemacetan lalu lintasnya pada jam-jam sibuk, dengan rata-rata setengah juta kendaraan beroperasi di jalan setiap harinya. Saat ini, lalu lintas kembali meningkat karena pembatasan dilonggarkan.

Wabah COVID-19 Kurangi Kemacetan di Asia Tenggara Singapura

Penurunan lalu lintas di Singapura, yang secara ketat mengontrol jumlah kendaraanya, kurang terlihat. Sejak perbatasan ditutup pada Maret, kemacetan di dekat jalan lintas utara yang menghubungkan pulau itu dengan Malaysia jauh berkurang. Kemacetan di Bandara Changi, pusat transit internasional utama, juga berkurang. “Pemutus sirkulasi” akan terus berlaku hingga 1 Juni mendatang. (gtp/hp) (reuters)

Mutasi memicu virus makin ganas?

Para peneliti di institut penyakit infeksi Jepang menemukan fakta, bahwa virus SARS-CoV-2 mengalami mutasi saat menyebar. Infeksi pertama di Jepang yang berasal dari kapal pesiar "Diamond Princess" di pelabuhan Yokohama ditegaskan, masih berasal dari virus corona Wuhan.

Sementara gelombang infeksi kedua yang terjadi setelah bulan April, dipicu oleh virus yang berasal dari pendatang dari Eropa yang masuk ke Jepang. Pemeriksaan medis oleh Universitas Cambridge mengonfirmasi hasil penelitian di Jepang.

Para peneliti dari Los Alamos National Laboratory di AS menyebutkan, ada kemungkinan virus corona mengalami mutasi di Eropa dan di Amerika, menjadi lebih cepat menular dan lebih ganas.

Profesor emeritus Tatsuhiko Kodama, pakar medis dari Universitas Tokyo, memperkirakan, warga di Asia Timur memiliki antibodi yang lebih ampuh melawan SARS-CoV-2. Sebagai argumennnya ia mengutip riset terkait hal itu dari Institut Imunologi La Jolla di University of California

“Banyak virus flu dan virus corona yang memicu gejala seperti influenza di masa lalu berasal dari kawasan Cina Selatan, dan menginfeksi warga di negara tetangganya. Karena itu dalam darah mereka sudah terdapat sel darah putih yang mampu memerangi virus yang sekeluarga seperti SARS-CoV-2“, papar Kodama lebih lanjut.

Tonton video 02:56 Bagi artikel Penyebaran Virus Corona

Kirim Facebook Twitter google+ Whatsapp Tumblr Digg stumble reddit Newsvine

Permalink https://p.dw.com/p/3ZhXX

Penyebaran Virus Corona

Tasuku Honjo, pemenang hadiah Nobel kedokteran asal Jepang juga menarik asumsi pada arah tersebut. “Orang Asia secara genetis punya perbedaan besar dengan orang di barat, terkait sistem pertahaan tubuhnya terhadap virus“, papar pakar imunologi Jepang itu.

Efek kekebalan tubuh mereka memang tidak sempurna untuk menangkal SARS-CoV-2. Tapi mencukupi untuk menjawab serangan virus corona yang dalam skala tertentu mirip dengan virus corona sebelumnya. 

Walau begitu profesor Kodama memperingatkan, warga Asia tetap belum tentu aman. “Virus yang bermutasi bisa sama mematikannya bagi warga Asia maupun warga Eropa, tegas pakar medis dari Universitas Tokyo itu.

Faktor lain mungkin berpengaruh

Para peneliti juga mencari argumen dan penjelasan dari sejumlah faktor lainnya. Misalnya dari kasus obesitas alias kegemukan di kalangan warga. Data menunjukkan, pola makan warga Asia, khususnya di Jepang dan Korea Selatan relatif lebih berimbang dan lebih sedikit memicu obesitas.

Kasus obesitas di kalangan warga Jepang hanya tercatat sekitar 4% dan di kalangan warga Korea Selatan 5%. Bandingkan dengan kasus obesitas di kalangan warga Eropa barat yang angkanya sekitar 20% dan bahkan di AS angka obesitas mencapai 36% populasi. 

Walau tidak ada bukti ilmiah yang berkaitan langsung antara kasus obesitas dengan kematian akibat Covid-19, namun orang tambun seringkali juga punya riwayat penyakit yang membuat risikonya meningkat jika tepapar Covid-19.

Selain itu diyakini kebiasaan warga di Asia Timur memakai masker secara sukarela dan sering mencuci tangan dan budaya tidak berjabat tangan saat bertemu kenalan, punya kontribusi positif pada pencegahan penularan virus corona.
Martin Fritz (as/pkp)

Kegiatan untuk Tetap Menikmati Alam Selama Lockdown Jalan-jalan di Taman Jika Diizinkan

Menghabiskan waktu di ruang hijau dapat mengurangi stres dan membantu kita merasa lebih bahagia dan sehat. Jika berolahraga di ruang publik diizinkan di tempat Anda tinggal, seperti di Jerman, manfaatkan dengan berjalan-jalan setiap hari di taman terdekat. Tetapi tetap menghindari daerah yang ramai, jaga jarak aman dari orang lain dan segera cuci tangan setelah Anda tiba di rumah.

Kegiatan untuk Tetap Menikmati Alam Selama Lockdown Soundtrack Alam

Selain di alam, ada cara lain untuk menikmati alam di rumah. Penelitian menunjukkan bahwa melihat tanaman hijau di luar jendela, atau bahkan mendengarkan suara dari alam, dapat meningkatkan kenyamanan kita. Para ilmuwan dari Sekolah kesehatan Brighton dan Sussex di Inggris menemukan bahwa suara kicauan burung, angin di pepohonan, atau air sungai yang mengalir bisa membantu kita bersantai juga.

Kegiatan untuk Tetap Menikmati Alam Selama Lockdown Kunjungan Virtual ke Kebun Binatang

Banyak taman nasional ditutup untuk umum, tetapi teknologi memungkinkan kita untuk mengamati satwa liar tanpa meninggalkan rumah. Banyak cagar alam dan kebun binatang memiliki kamera web yang dapat Anda akses secara online, sehingga memungkinkan untuk "mengunjungi" sejumlah tempat, dari koridor gorila di Kongo, ke taman gajah di Afrika Selatan dan sarang elang botak di AS.

Kegiatan untuk Tetap Menikmati Alam Selama Lockdown Menonton Akuarium secara Online

Kebun binatang dan akuarium juga menawarkan online streaming dari kandang mereka, seperti ubur-ubur ini di Monterey Bay Aquarium di pantai barat AS. Studi menunjukkan bahwa menonton akuarium, bahkan dalamwaktu yang singkat, dapat memiliki efek menenangkan, membantu mengurangi stres dan kecemasan.

Kegiatan untuk Tetap Menikmati Alam Selama Lockdown Mengamati Burung di Rumah

Mulailah memperhatikan satwa liar di sekitar Anda. Sebuah inisiatif di Inggris mendorong orang untuk memulai hari mereka dengan berbagi foto burung yang diambil dari rumah mereka di bawah tagar #BreakfastBirdwatch di media sosial. Kampanye serupa, #BirdingatHome juga telah diluncurkan di Australia.

Kegiatan untuk Tetap Menikmati Alam Selama Lockdown Membuat makanan burung

Untuk membuat anak-anak sibuk walaupun tetap tinggal di rumah, buatlah makanan burung yang dapat menarik perhatian burung-burung untuk datang ke rumah Anda. Yang Anda butuhkan hanyalah biji-bijian, lemak yang dimasak dan cemara pinus atau batok kelapa. Jangan stres jika Anda tidak memiliki taman - Anda juga dapat menggantung makanan tersebut dengan seutas tali di luar jendela atau di balkon.

Kegiatan untuk Tetap Menikmati Alam Selama Lockdown Rumah untuk Serangga

Cara lain yang dapat Anda lakukan adalah menyediakan tempat berlindung bagi serangga. Anda tidak perlu mempunyai kebun untuk melakukannya. Anda dapat membuat rumah besar atau kecil, tergantung apakah itu cukup untuk halaman, teras atau balkon kecil. Palet kayu tua, batu bata, daun kering, jerami dan bahan alami lainnya akan membantu Anda membuat rumah untuk serangga tersebut.

Kegiatan untuk Tetap Menikmati Alam Selama Lockdown Berkebun di Rumah

Berkebun dapat mencegah kecemasan dan meningkatkan suasana hati kita, jadi mengapa tidak menggunakan waktu Anda selama lockdown untuk menanam sayuran atau bunga-bunga? Bahkan jika Anda tidak memiliki halaman belakang atau balkon, Anda masih dapat menanam tanaman di dalam ruangan.

Penulis: Natalie Muller

BERITA LAINNYA

TERKINI