Korea Utara mengancam bakal mengakhiri perjanjian militer 2018 dengan Korea Selatan jika pemerintah Seoul gagal menghentikan kampanye anti Pyongyang. Kampanye tersebut berupa selebaran berisikan pesan anti Kim Jong Un yang disebar di wilayah perbatasan.
Peringatan itu dilayangkan oleh saudara perempuan Kim Jong Un, yang juga menjabat kepala staf kepresidenan. Kim Yo Jong menilai pakta pertahanan yang disepakati pada 2018 itu “tidak lagi berharga.“
Dia mengancam Korea Utara bisa menutup kantor perwakilan di selatan dan menghentikan kegiatan di kompleks industri milik kedua negara di kota Kaesong. Kesepakatan tersebut mewakili komitmen rekonsiliasi antara Seoul dan Pyongyang,
Reaksi dramatis Pyongyang berkaitan dengan penyebaran pamflet anti Korut yang disebar di sisi utara Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membelah kedua negara. Selama beberapa pekan terakhir aktivis dan pembelot dari Korut menggunakan balon udara buat menebar selebaran berisikan kecaman terhadap pelanggaran HAM dan ambisi nuklir Kim Jong Un.
“Jika niat jahat yang dilakukan di depan mata Anda dibiarkan dengan dalih kebebasan individu dan kebebasan berekspresi, maka otoritas Korea Selatan harus harus menghadapi fase paling buruk dalam waktu dekat,“ tulis Kim Yo Jong dalam sebuah pernyataan yang dilansir kantor berita pemerintah, KCNA.
Foto ilustrasi propaganda lintas perbatasan sudah menjadi hal lazim di Korea. Selain aktivis, militer Korsel juga sempat melancarkan kampanye pro-unifikasi dengan menempatkan pengeras suara di perbatasan.
Korsel batasi aktivitas provokatif
Dia menyebut para pembelot yang terlibat dalam kampanye balon itu sebagai “manusia sampah” dan “anjing” yang mengkhianati tanah air sendiri. Pernyataan tersebut diyakini juga membidik seorang diplomat dan seorang pembelot asal Korut memenangkan kursi di parlemen dalam pemilihan umum di Korsel, April silam.
Sosok Kim Yo Jong mulai terlihat aktif mengawal kekuasaan Kim JongUn sejak dua tahun terakhir, ketika kondisi kesehatan sang penguasa dikabarkan memburuk. Dia dulu menjabat wakil direktur di Komitee Sentral Partai Buruh, salah satu organ pemerintah yang paling berpengaruh.
Sementara itu pemerintah Korea Selatan mengatakan kampanye balon anti Korut turut membahayakan keselamatan penduduk di perbatasan. Yoh Sang-key, Jurubicara Kementerian Unifikasi Korea, memastikan pemerintahannya akan mendorong amandemen hukum, untuk “membubarkan aktivitas yang menciptakan ketegangan“ antara kedua negara.
Ketika ditanya apakah kementeriannya akan menyatakan penyesalan atas ancaman Pyongyang membatalkan perjanjian keamanan 1998 secara sepihak, Yoh mengatakan pihaknya “akan mewakilkan evaluasi kami atas pernyataan Korea Utara di dalam sikap pemerintah“ yang akan diumumkan dalam waktu dekat.
Dalam kesepakatan itu kedua negara berjanji mengumpulkan sisa jenazah korban Perang Korea 1950-53, dan mengambil langkah kongkrit buat mengurangi ketegangan, antara lain dengan membentuk zona larangan terbang. Namun Korea Utara menghentikan semua komitmen internasionalnya selama perundingan damai dengan AS mengalami kebuntuan. rzn/vlz (ap, rtr)
Inilah Zona Yang Memisahkan Korea Utara dan Selatan Terpisah sejak 65 tahun
Sejak 65 tahun semenanjung Korea terpisah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Setelah tiga tahun perang, pertempuran dihentikan tahun 1953 dengan pembentukan zona demiliterisasi (Demilitarized Zone - DMZ). Perbatasan itu panjangnya 248 Kilometer dan lebarnya sekitar 4 kilometer. Dalam foto di atas: Sebuah jalan utama menuju DMZ di Korea Selatan.
Inilah Zona Yang Memisahkan Korea Utara dan Selatan Pagar berduri
Menurut kesepakatan, tidak boleh ada tentara yang ditempatkan di DMZ. Kawasan itu dijaga oleh komisi gencatan senjata yang terdiri dari wakil-wakil kedua negara. DMZ hanya bisa dimasuki atas ijin komisi ini. Pasukan kedua negara berpatroli secara rutin menjaga perbatasannya masing-masing, termasuk di kawasan pantai.
Inilah Zona Yang Memisahkan Korea Utara dan Selatan Panmunjom, markas komisi gencatan senjata
Inilah markas komisi gencatan senjara di Panmunjom, tempat perundingan gencatan senjata sampai 1953. Tepat di tengahnya ada garis demarkasi antara Utara dan Selatan dan di atas garis demarkasi ada tiga barak berwarna biru. Barak-barak ini memiliki dua pintu, satu di sisi utara dan satu lagi disisi selatan.
Inilah Zona Yang Memisahkan Korea Utara dan Selatan Rumah untuk dua negara
Barak yang berada di tengah adalah untuk pengunjung dari kedua negara, dan dibuka secara bergantian untuk pengujung dari Korea Utara atau dari Korea Selatan. Saat pengunjung memasuki ruangan, penjaga perbatasan dari negara asal pengunjung akan ikut masuk lalu menjaga pintu ke luar ke negara lainnya. Di dalam ruangan, pengunjung bebas melewati garis perbatasan.
Inilah Zona Yang Memisahkan Korea Utara dan Selatan Anjungan panorama ke utara
Di Korea Selatan dibangun sebuah observatorium penyatuan kembali dekat kota Gesong. Dari sana pada cuaca cerah pengunjung bisa mengarahkan pandangan jauh ke kawasan Korea Utara.
Inilah Zona Yang Memisahkan Korea Utara dan Selatan Tujuan wisata utama
Observatorium reunifikasi menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan dalam dan luar negeri. Tahun 2015, ada sekitar 13,2 juta warga Korea Selatan yang berkunjung ke tempat ini untuk melayangkan pandangan ke Korea Utara dengan teropong-teropong yang dipasang.
Inilah Zona Yang Memisahkan Korea Utara dan Selatan Bendera seberat 270 kilogram
Di kawasan DMZ Korea Utara terletak desa Kijŏng-dong. Dulu Korea Utara memasang banyak pengeras suara di desa ini untuk menyebarkan propagandanya ke Korea Selatan. Penanda utama desa ini adalah sebuah menara setinggi 160 meter. Di pucuknya berkibar bendera besar Korea Utara dengan berat hampir 270 kg.
Inilah Zona Yang Memisahkan Korea Utara dan Selatan Merindukan perdamaian dan penyatuan kembali
Tugu DMZ ini terletak dekat observatorium reunifikasi di Korea Selatan. Banyak wargayna merindukan suasana damai dan penyatuan kembali. Huruf DMZ besar ini ditulisi kata "Cinta" dan "Perdamaian" dalam berbagai bahasa. (Teks: Merlin Bartel/hp/yf)