Kontroversi Seputar Ibuprofen Untuk Obati Covid-19 Berlanjut

Para peneliti di Inggris berharap, satu jenis ibuprofen bisa meringankan jalannya penyakit akibat Covid-19.

dw
Jumat, 5 Juni 2020 | 09:15 WIB
Kontroversi Seputar Ibuprofen Untuk Obati Covid-19 Berlanjut
Sumber: dw

Komisi pengawas obat-obatan Inggris sebelumnya menarik kesimpulan, ibuprofen tidak bermasalah untuk mengobati Covid-19. Obat ini bisa menurunkan demam dan meringankan gejala mirip influenza. Para peneliti di Inggris berharap, satu jenis ibuprofen bisa meringankan jalannya penyakit akibat Covid-19.

Pasien dengan gejala sakit berat, mungkin tidak perlu lagi dibantu alat bantu pernafasan atau ventilator. Alat bantu ini sering memicu koplikasi yang bisa menyebabkan kematian pasien.

Pemberian ibuprofen yang obat anti nyeri dan inflamasi untuk pasien Covid-19, sejak bulan Maret lalu memicu diskusi ilmiah panas, terkait apakah unsur aktifnya bermanfaat atau justru berdampak buruk.

Kontroversi dipicu pernyataan WHO

Teori mengenai bahaya ibuprofen sejauh ini belum ada konfirmasinya. Juga tidak ada riset yang meyakinkan dan dapat dipercaya. Organisasi Kesehatan Dunia juga mengakui hal tersebut. 

Walau begitu, jurubicara WHO, Christian Lindmeier pada 17 Maret lalu di Jenewa menyatakan, pasien Covid-19 jangan menggunakan ibuprofen tanpa konsultasi dengan dokter. Sebaliknya pasien disarankan menggunakan obat lainnya, Paracetamol.

Kebingungan jadi komplet, setelah WHO dua hari kemudian menarik kembali pernyataan tersebut. Tapi lewat twitter WHO tetap menyarankan, agar orang berkonsultasi dengan dokter.

Tanggapan pakar virologi Jerman

Menimbang belum adanya data dan fakta yang sahih, para pakar virologi terkemuka dari Jerman sejauh ini sangat berhati-hati menanggapi isu efek negatif ibuprofen pada pasien Covid-19.

"Kami hanya tahu sedikit menyangkut patogenesis virus Sars-CoV-2. Tambahan lagi, sejauh ini tidak ada data klinisnya“, ujar pakar virologi Jonas Schmidt-Chanasit dariBernhard-Nocht-Institut für Tropenmedizin (BNITM) menanggapi perdebatan saat itu.

Juga pakar virologi terkemuka lainnya, Christian Drosten dari rumah sakit Charité di Berlin menyampaikan keraguannya. “Walau virus Sars-CoV-2 adalah jenis baru, tapi kami sudah memahami virus corona jenis lainnya sejak lama. Pada virus corona lainnya, tidak ada bukti bahwa penggunaan ibuprofen memperburuk sesuatu. Jika ada efek negatifnya, kita sekarang ini pasti sudah tahu“, tegas Drosten.

Juga para pakar virologi secara senada memperingatkan, para pasien jangan panik, dan memutuskan sendiri menghentikan penggunaan obat ACE-blocker dan beralih ke obat dengan unsur aktif lain tanpa konsultasi dokter.

Dari mana datangnya dugaan?

Dasar dugaan efek negatif ibuprofen, atau obat ACE-blocker lainnya, pada pasien Covid-19 adalah artikel yang dipublikasi dalam jurnal ilmiah Lancet Respiratory Medicine, edisi 11 Maret 2020. 

Dalam artikel itu tiga orang penulisnya, L. Fang, G. Karakiulakis dan M. Roth bahwa obat-obatan ACE blocker, termasuk ibuprofen dapat memperburuk perjalanan penyakit Covid-19. Tapi dengan tegas para penulis juga menekankan, bahwa hal itu diformulasikan sebagai hipotesa. 

Hasil uji laboratorium menggunakan tikus yang sakit diabetes, menunjukkan ibuprofen punya pengaruh atas sistem regulasi tubuh. Ujicoba dengan tikus sehat, menunjukkan bahwa Ibuprofen meningkatkan ACE2 pada sel-sel jantung.

Namun pengetahuaan dari hasil uji laboratorium pada tikus tidak bisa digunakan sebagai kesimpulan universal yang berlaku umum. Karena sejauh ini tidak ada data dan bukti yang benar-benar akurat dan dapat dipercaya. (as/ml)

Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai? Gagang pintu bisa terkontaminasi?

Penelitian saat ini menyebukan, virus corona dapat bertahan hidup selama empat hingga lima hari pada permukaan benda seperti gagang pintu. Virus SARS-CoV-2 penyebab wabah corona juga dapat menyebar melalui tangan dan permukaan yang sering disentuh. Meski masih perlu dipelajari lebih lanjut, para ahli meyakini bahwa wabah COVID-19 mirip dengan virus corona jenis lainnya.

Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai? Waspada sewaktu makan di kantin

Perlu juga kewaspadaan ekstra sewaktu makan siang di kantin, jika kantin masih buka. Pada dasarnya, virus corona juga dapat menempel di peralatan makan seperti sendok dan piring lewat bersin atau batuk orang yang terinfeksi. Namun, Institut Federal Jerman untuk Penanganan Risiko, BfR, mengatakan bahwa sampai saat ini "belum diketahui ada infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebar lewat cara ini."

Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai? Ragu terhadap barang impor?

Haruskah orang tua khawatir adanya kemungkinan infeksi dari mainan impor? Tidak, kata BfR. Sejauh ini, belum ada bukti adanya kasus penularan lewat mainan impor atau barang lainnya. Para ahli sejauh ini berasumsi bahwa virus sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Namun patogen masih bisa menginfeksi selama beberapa hari, terutama dalam cuaca dingin dan kelembaban tinggi.

Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai? Paket pos penuh virus?

Secara umum, virus corona yang menginfeksi manusia tidak bisa bertahan lama pada permukaan kering. Hidupnya virus di luar organisme manusia tergantung pada banyak faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban. BfR memperkirakan infeksi melalui pos "agak tidak mungkin." Namun, institut ini juga mengakui bahwa data yang lebih tepat tentang SARS-CoV-2 belum tersedia.

Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai? Bisakah saya terinfeksi dari hewan peliharaan?

Dapatkah anjing saya menginfeksi saya atau saya menginfeksi anjing saya? Para ahli menganggap risiko hewan peliharaan terinfeksi virus corona sangat rendah, tetapi tidak menutup kemungkinannya. Hewan-hewan itu sendiri mungkin tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak sakit. Namun, jika hewan terinfeksi, mungkin saja mereka menularkan virus corona melalui udara atau lewat kotoran.

Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai? Apakah buah-buahan berbahaya?

BfR mengatakan bahwa makanan yang terkontaminasi kemungkinan tidak mentransmisikan virus SARS-CoV-2. Sejauh ini, tidak ada kasus yang terbukti. Tentu saja orang harus mencuci tangan dengan teliti sebelum menyiapkan makanan, bahkan juga jika tidak ada wabah corona. Karena virus peka terhadap panas, memanaskan makanan dapat mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.

Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai? Kontaminasi dari makanan beku?

Meski virus corona penyebab SARS dan MERS dikenal tidak suka panas, patogen ini bisa bertahan di suhu dingin. Virus dapat tetap menular pada suhu -20 derajat Celsius, dan bertahan dalam status beku hingga dua tahun. Namun, BfR tetap menegaskan bahwa sejauh ini, belum ada bukti rantai infeksi SARS-CoV-2 melalui konsumsi makanan, termasuk makanan beku.

Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai? Jangan makan binatang liar!

Wabah COVID-19 setidaknya menghasilkan satu hal yang positif: Cina melarang konsumsi hewan liar. Bukti telah menunjukkan bahwa virus corona jenis baru ini ditransmisikan ke manusia oleh kelelawar. Kelelawar, tentu saja, tidak bisa disalahkan atas wabah ini. Mungkin, sebenarnya hewan ini juga tidak mau jadi santapan. (ae/as)

Penulis: Julia Vergin


 

BERITA LAINNYA

TERKINI