“Mencari Vaksin Corona, Nasionalisme Hal Terakhir yang Kita Butuhkan"

Pada 31 Desember 2019, Cina memberi tahu WHO tentang serangkaian infeksi pernapasan di Kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang.

dw
Rabu, 3 Juni 2020 | 09:45 WIB
“Mencari Vaksin Corona, Nasionalisme Hal Terakhir yang Kita Butuhkan"
Sumber: dw

Ketika perusahaan-perusahaan obat di seluruh dunia berlomba menemukan vaksin corona, bisakah mereka juga memperbaiki reputasinya yang selama ini sering tercoreng karena terkesan hanya mengejar profit besar? Lebih dari 120 vaksin sedang dalam pengembangan dan hampir sama banyaknya obat yang sedang diteliti. Apakah vaksin dan obat akan tersedia juga bagi negara-negara miskin? DW berbicara dengan Gerald Posner, jurnalis dan penulis selusin buku tentang industri farmasi.

DW: Bagaimana Big Pharma menurut Anda merespons corona?

Gerald Posner, jurnalis dan penulis buku, antara lain: "Pharma: Greed. lies and the Poisoning of America"

Gerald Posner: Ada dua pandangan tentang itu. Jika Anda melihatnya hanya dari sudut pandang obat, artinya apakah mereka bekerja keras dan cepat untuk menemukan vaksin, jawabannya: ya. Jadi, mereka tidak buang-buang waktu. Ada lusinan perusahaan yang berpotensi menemukan vaksin. Jadi, saya pikir mereka bagus dalam hal itu.

Tetapi, mereka adalah perusahaan komersil, dan kami sebagai jurnalis, dan juga para pemimpin pemerintah, harus mengawasi pendaftaran paten dan harga, sehingga perusahaan-perusahaan obat tidak mengunakan ini sebagai peluang untuk keuntungan berlebihan. Dari aspek ini, mereka (perusahaan farmasi) tidak melakukannya dengan baik. Tapi masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan akhir.

DW: Perusahaan farmasi, terutama perusahaan raksasa, sering jadi sasaran kritik karena hanya berorientasi pada profit. Apakah masa-masa krisis ini bisa jadi peluang bagi mereka memperbaiki reputasinya?

Sebenarnya, saya melihat bukti yang bertentangan dengan itu. Misalnya, CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations], koalisi untuk epidemi dari Norwegia, telah mencoba untuk membuat perjanjian bahwa semua penelitian tentang vaksin yang ikut didanai pemerintah harus dibagikan data-datanya secara terbuka. Jadi, tidak ada yang akan menguasai hak kekayaan intelektual untuk itu. Tetapi tidak semua perusahaan obat setuju. Ini juga jadi masalah di Uni Eropa. Misalnya, dapatkah pemerintah Prancis meyakinkan Sanofi untuk melakukan itu, pemerintah Jerman meyakinkan Bayer? Saya tidak yakin tentang itu. Mereka adalah perusahaan yang harus melayani pemegang saham, dan mereka melakukan itu sedapat mungkin tanpa membuat orang begitu marah sehingga membuat keributan.

DW: Apakah Anda melihat adanya perubahan dalam persepsi masyarakat umum terhadap perusahaan farmasi di masa ini?

Pandemi ini sebenarnya adalah kesempatan bagi mereka, tidak hanya untuk menghasilkan uang, melainkan juga untuk merehabilitasi persepsi publik tentang industri ini. Jika mereka mampu menghasilkan vaksin dan terapi yang efektif dengan harga yang wajar, dan mereka membuatnya tersedia juga bagi negara-negara berkembang dan membantu dalam distribusinya, saya pikir banyak orang, termasuk saya sendiri, akan berkata: Baiklah, mereka benar-benar telah melakukan sesuatu yang fantastis pada saat dunia menghadapi krisis kesehatan. Saya tidak tahu apakah itu akan terjadi. 

DW: Ada desakan tentang vaksin yang bebas paten untuk COVID-19. Apakah ini realistis?

Contohnya saja, untuk penicillin tidak ada paten, artinya tidak ada yang memilikinya. Akibatnya, setelah Perang Dunia II, harga penicillin turun jadi sangat, sangat rendah. Perusahaan tidak menghasilkan banyak uang untuk itu. Jadi yang mereka lakukan adalah membuat tiruan berbagai jenis antibiotik. Seperti streptomycin, dan jenis antibiotik lainnya. Mereka akhirnya mendapatkan paten pada obat-obat itu dan menghasilkan uang. Jadi, jika perusahaan farmasi harus berbagi data penelitian vaksin COVID-19 dan tidak ada paten untuk itu, mereka masih dapat menghasilkan uang dari obat lain.

Kita harus menunjukkan bahwa ini adalah penyakit global dan bahwa virus ini tidak membuat perbedaan pada perbatasan negara. Tidak soal apakah Anda menghasilkan 20 dolar setahun dan hampir tidak memiliki air bersih seperti di Somalia atau jika Anda seorang miliarder di New Delhi yang tinggal di sebuah penthouse. Saya berharap pemerintahan memahami itu. Dalam hal ini, nasionalisme adalah hal terakhir yang kita butuhkan. (hp/vlz)

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Virus mirip pneumonia menyerang Wuhan

Pada 31 Desember 2019, Cina memberi tahu WHO tentang serangkaian infeksi pernapasan di Kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang. Virus tersebut diduga berasal dari sebuah pasar makanan laut, yang kemudian dengan cepat ditutup oleh pemerintah Cina. Awalnya, sekitar 40 orang dilaporkan terinfeksi.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Virus corona jenis baru berhasil diidentifikasi

7 Januari 2020, para ilmuwan Cina mengumumkan telah mengidentifikasi virus corona jenis baru yang menjadi penyebab serangkaian infeksi pernapasan di Wuhan. Sama seperti flu biasa dan SARS, virus tersebut juga termasuk dalam keluarga coronavirus. Virus jenis baru itu sementara dinamai 2019-nCoV. Gejalanya meliputi demam, batuk, kesulitan bernapas, dan radang paru-paru.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Kematian pertama di Cina

Pada 11 Januari, Cina mengumumkan kematian pertama yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Seorang pria berusia 61 tahun yang diketahui telah berbelanja di pasar Wuhan meninggal karena komplikasi pneumonia.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Virus sampai ke negara-negara tetangga

Pada hari-hari berikutnya, negara-negara seperti Thailand dan Jepang mulai melaporkan kasus infeksi pada warganya yang diketahui pernah mengunjungi pasar yang sama di Wuhan. Pada 20 Januari, tiga orang dilaporkan meninggal di Cina, sementara lebih dari 200 orang dilaporkan telah terinfeksi virus corona jenis baru ini.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Menular dari manusia ke manusia

Hingga pertengahan Januari, para ilmuwan masih berjuang untuk mencari tahu bagaimana virus ini menyebar ke manusia. Keluarga virus corona adalah zoonotic, artinya virus ditularkan dari hewan ke manusia - beberapa jenis virus dapat ditularkan melalui batuk dan bersin. Baru kemudian pada 20 Januari, otoritas Cina mengonfirmasi bahwa virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Jutaan orang dikarantina

Pemerintah Cina menutup Kota Wuhan pada 23 Januari untuk membatasi penyebaran virus corona. Rumah sakit baru untuk merawat pasien pun mulai dibangun. Sampai pada 24 Januari, lebih dari 830 orang dilaporkan terinfeksi dan setidaknya 26 orang dinyatakan meninggal. Pemerintah kemudian memperluas karantina ke 13 kota lain. Langkah ini berdampak terhadap setidaknya 36 juta jiwa.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Virus corona capai Eropa!

Pada 24 Januari, otoritas Prancis melaporkan 3 kasus virus corona baru di daerah perbatasannya. Temuan ini menjadi tanda kemunculan virus tersebut di Eropa. Beberapa jam setelah Prancis, Australia juga melaporkan bahwa empat orang warganya telah terinfeksi virus corona baru tersebut.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Liburan Tahun Baru Imlek diperpanjang

Tahun Baru Imlek di Cina dimulai dengan perayaan sederhana pada 25 Januari. Jutaan orang dilaporkan bepergian dan ikut ambil bagian dalam perayaan publik tersebut. Para pejabat membatalkan acara-acara besar untuk mengatasi wabah ini. Di akhir Januari, ada 17 kota di Cina dengan 50 juta penduduk dikarantina. Libur Imlek diperpanjang tiga hari untuk membatasi arus populasi.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Perbatasan dengan Mongolia, Hong Kong dan Rusia bagian timur ditutup

Kamboja mengonfirmasi kasus pertamanya, sementara Mongolia menutup perbatasannya bagi kendaraan dari Cina. Rusia juga menutup perbatasan dengan Cina di tiga wilayah bagian timur. Kerugian terhadap pariwisata global ditaksir mencapai miliaran dolar sementara harga minyak turut anjlok. Jumlah korban tewas meningkat menjadi 41, lebih dari 1.300 orang terinfeksi di seluruh dunia - kebanyakan di Cina.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Jerman laporkan kasus virus corona pertama

Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertamanya. Pasien adalah seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang disebut terkena virus selama pelatihan di tempat kerja dengan seorang rekan dari Cina. Pria tersebut ditempatkan dalam karantina dan observasi di sebuah rumah sakit di München. Hari berikutnya, tiga rekannya juga dilaporkan terinfeksi virus yang sama.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Indonesia bebas virus corona

Pada 27 Januari, sejumlah kementerian menggelar rapat koordinasi di Kementerian Perhubungan. Pemerintah Indonesia resmi melarang penerbangan dari dan menuju Wuhan, namun masih membolehkan penerbangan dari kota-kota lain di Cina. Menteri Kesehatan mengatakan Indonesia masih bebas dari virus corona jenis baru dan mengimbau masyarakat untuk jaga imunitas tubuh. 243 WNI di Wuhan juga dinyatakan sehat.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Evakuasi internasional dimulai

Pada 28 Januari, Jepang dan AS menjadi negara pertama yang mengevakuasi warganya keluar dari Wuhan. Australia dan Selandia Baru mengatakan bahwa mereka juga akan mengirim pesawat untuk membawa pulang warganya. Kasus virus corona secara global meningkat jadi hampir 6.000 kasus infeksi, melebihi wabah SARS pada 2002 yang menewaskan sekitar 800 orang.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia WHO keluarkan status darurat kesehatan global

30 Januari, WHO menyatakan virus corona jenis baru sebagai darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional. Hal ini dilakukan untuk melindungi negara-negara dengan "sistem kesehatan yang lebih lemah." Namun, Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak merekomendasikan pembatasan perdagangan dan perjalanan, ia menyebut hal itu sebagai "gangguan yang tidak perlu."

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Tim penjemput WNI diberangkatkan

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Sabtu (01/02), melepas keberangkatan tim penjemput WNI yang ada di kota Wuhan, Hubei, Cina. Retno sebut ada 245 WNI yang akan dipulangkan ke tanah air. Tim penjemput menumpangi pesawat Batik Air. Ada 42 orang dalam tim penjemput yang terdiri atas TNI, Kemlu, Kemenkes, TNI dan kru Batik Air.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Kematian pertama di luar Cina

Kematian pertama di luar Cina terkait dengan virus corona jenis baru dilaporkan terjadi di Filipina pada 2 Februari. Korban adalah seorang pria berusia 44 tahun dan telah melakukan perjalanan dari Wuhan ke Manila sebelum akhirnya jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit. Ia kemudian dilaporkan meninggal di rumah sakit karena pneumonia.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia 238 WNI dari Wuhan tiba di Natuna

Minggu (02/02), sebanyak 238 WNI tiba di Pangkalan Udara Raden Sajad, Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Ada 7 orang yang batal diterbangkan ke tanah air karena sejumlah alasan - 4 orang mengundurkan diri dan 3 orang lainnya tidak lolos pemeriksaan Cina. Masa observasi dijalankan selama 14 hari. Presiden Jokowi sebut Natuna dipilih sebagai tempat observasi karena dinilai sebagai pulau yang paling siap.

Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia Rumah sakit selesai dibangun dalam waktu 10 hari

Rumah Sakit Huoshenshan (Gunung Api Dewa), selesai dibangun hanya dalam waktu lebih dari satu minggu. Rumah sakit akhirnya resmi dibuka pada Senin (03/02). Rumah sakit ini bertujuan menggunakan campuran obat-obatan dari barat maupun obat tradisional Cina untuk mengobati mereka yang terinfeksi virus corona jenis baru, 2019-nCoV. (gtp/ae) (dari berbagai sumber)

BERITA LAINNYA

TERKINI