ILO Peringatkan Pengangguran Luas di Kalangan “Generasi Lockdown”

Menurut laporan ILO, pada kuartal kedua tahun ini sekitar 305 juta pekerjaan penuh waktu akan hilang karena krisis COVID-19.

dw
Jumat, 29 Mei 2020 | 12:12 WIB
ILO Peringatkan Pengangguran Luas di Kalangan “Generasi Lockdown”
Sumber: dw

Organisasi Buruh Internasional ILO dalam laporan terbarunya yang dikeluarkan di Jenewa mengatakan, lebih dari satu dari setiap enam pekerja muda secara global telah kehilangan pekerjaan selama pandemi. Jika tidak segera dilakukan langkah-langkah antisipasi, generasi muda akan menjadi "generasi lockdown”.

Menurut laporan ILO, pada kuartal kedua tahun ini sekitar 305 juta pekerjaan penuh waktu akan hilang karena krisis COVID-19. Dampaknya terutama dirasakan para pekerja muda yang kini menghadapi kesulitan ekonomi dan keputusasaan tentang masa depan.

Direktur Jenderal ILO Guy Ryder memperingatkan "bahaya" yang dihadapi oleh para pekerja muda berusia sampai 28 tahun, mulai dari ketidakmampuan untuk mendapatkan pelatihan yang layak atau mendapatkan akses ke pekerjaan yang bisa bertahan sampai pandemi berlalu.

Terutama sektor pariwisata mengalami pukulan berat selama krisis Covid-19

Masalah global

Sebuah survei ILO dan mitra-mitranya menemukan bahwa lebih dari satu dari enam pekerja muda tidak lagi bekerja selama pandemi, banyak di antaranya karena tempat kerja mereka ditutup. Padahal situasi kaum muda sudah dalam "posisi kritis" bahkan sebelum pandemi melanda.

"Mereka dikeluarkan dari pekerjaan di awal karir mereka," kata Guy Ryder ketika dihubungi DW. "Mereka tidak akan memiliki perkembangan karir yang normal. Mereka terancam jadi generasi lockdown."

ILO mengatakan pemerintahan dapat membantu dengan langkah-langkah seperti meningkatkan bantuan negara untuk pekerja yang menganggur, mengambil langkah-langkah untuk menjamin pekerjaan dan pelatihan, dan melakukan tes corona secara massal serta menerapkan langkah-langkah yang meningkatkan keselamatan di tempat kerja.

Setelah memuncak pertama kali di Cina, di mana ia dimulai, pandemi Covid-19 kemudian melanda Eropa, dan sekarang Amerika menjadi pusat pandemi yang baru. Kawasan Timur Tengah juga masih terus berjuang untuk mengatasi wabah Covid-19.

Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown Selamat Datang Kembali!

Toko-toko di seluruh Eropa terpaksa ditutup untuk mencegah penyebaran COVID-19, termasuk toko pakaian ini di Makarios Avenue di Nikosia, Siprus. Perintah untuk tetap di rumah juga diberlakukan sejak akhir Maret. Namun, Presiden Nicos Anastasiades sekarang mengizinkan situs konstruksi dan toko retail kembali dibuka mulai tanggal 4 Mei. Warga juga dapat bergerak secara bebas lagi mulai 21 Mei.

Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown Bermain Kembali di Pantai

Setelah penyebaran COVID-19 secara global, pantai, toko, dan restoran di Protugal ditutup pada tanggal 18 Maret, namun masyarakat masih diizinkan ke luar dan berolahraga. Sekarang, orang sudah bisa berjalan-jalan lagi di pantai. Mereka juga dapat pergi ke toko-toko dan penata rambut secara bebas, tetapi wajib menggunakan masker di ruang tertutup.

Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown Gaya Rambut Baru setelah Lockdown

Penata rambut di Yunani diizinkan kembali berbisnis pada 4 Mei. Bisnis lain yang dibuka termasuk toko bunga, toko buku, dan toko kecil lainnya. Namun restoran dan bar baru bisa beroperasi kembali akhir Mei. Masyarakat Yunani juga dapat keluar rumah tanpa surat izin, tetapi masyarakat wajib mengenakan masker saat menggunakan transportasi umum.

Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown Wajib Mengenakan Masker

Peraturan yang mewajibkan warga untuk mengenakan masker pada saat naik transportasi umum kini diberlakukan di seluruh Eropa. Di ibu kota Hungaria, Budapest, pekerja transportasi menawarkan masker bagi para pelancong di alun-alun Nyugati. Budapest. Kota-kota lain di Hungaria juga mulai membuka sebagian toko, museum, dan ruang publik.

Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown Berolahraga di Ruang Publik

Ruang publik di Spanyol ditutup selama 48 hari untuk mengurangi penyebaran virus. Penduduk tidak diizinkan meninggalkan rumah mereka kecuali untuk membeli makanan, alasan medis, atau berjalan-jalan dengan anjing. Sekarang warga Spanyol dibolehkan keluar untuk berolahraga, walaupun pembatasan dan aturan social distancing tetap berlaku secara ketat.

Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown Kembali Bekerja

Italia, negara Eropa yang paling parah terkena dampak virus corona, telah mengalami lockdown mulai awal Maret. Warga hanya diizinkan keluar karena alasan yang mendesak. Mulai 4 Mei, warga mulai kembali bekerja. Para pekerja di pabrik sepatu di Castelnuovo Vomano, di Provinsi Teramo, diwajibkan mengenakan masker dan dipisahkan oleh tirai plastik.

Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown Menghadiri Pemakaman

Meskipun Italia mulai melonggarkan lockdown, pemerintah hanya mengizinkan 15 orang menghadiri pemakaman dan mereka wajib mengenakan masker. Selama lockdown, Italia melarang acara pemakaman dan melarang warga mengucapkan selamat berpisah kepada orang yang dicintai.

Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown Sekolah Kembali Dibuka

Pemerintah Austria memastikan 100.000 siswa di tahun terakhir dapat kembali ke sekolah sebelum masa ujian. Guru-guru seperti Richard Fischer di Wina membagikan masker kepada siswa sebelum pelajaran dimulai. Pemerintah Austria sekarang juga mengizinkan warga mengunjungi kerabat di rumah perawatan. Toko-toko kecil dan bisnis lain sudah mulai dibuka kembali pada tanggal 14 April.

Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown Bundesliga Jerman Dilanjutkan

Pemain sepak bola profesional di Jerman tetap berlatih meskipun saat ini pertandingan sedang dihentikan. Juara Bundesliga, Bayern München, mulai berlatih kembali dalam kelompok kecil. Bundesliga akan dimulai lagi tanggal 15 Mei. Namun penggemar belum diizinkan menonton pertandingan di dalam stadion. (fs/hp)

Penulis: Alex Matthews

Dampak jangka panjang

Dari para pekerja muda yang masih bekerja, hampir satu dari empat - atau 23% - telah mengalami pengurangan jam kerja, kata ILO. Dan menyebut tiga syok besar yang mereka alami: Hilangnya lapangan kerja mereka, gangguan pada pelatihan dan pendidikan mereka, dan kesulitan pindah kerja atau bahkan untuk mendapat tempat kerja pertama kali.

Dari 178 juta pekerja muda yang dipekerjakan di seluruh dunia, lebih dari 40% berada di sektor-sektor yang terpukul ketika krisis dimulai,'' seperti industri makanan dan industri perhotelan, kata ILO. Lebih dari tiga perempat pekerja muda berada di sektor informal, termasuk 94% pekerja muda di Afrika.

"Enam dari sepuluh pekerja muda di dunia bekerja di sektor infromal. Di Arika bahkan 9 darin 10 pekerja muda", kata Guy Ryder kepada DW.

"Dan bahayanya adalah - ini adalah pelajaran dari pengalaman masa lalu - bahwa guncangan awal bagi kaum muda ini akan berlangsung satu dekade atau lebih dari satu dekade," lanjutnya. "Ini akan mempengaruhi karir mereka sepanjang kehidupan kerja mereka." (hp/vlz)

BERITA LAINNYA

TERKINI