AS Pertimbangkan Perlakuan Khusus untuk Hong Kong, Sanksi untuk Cina

Hong Kong diserahkan dari Inggris ke wilayah Cina 23 tahun silam, lalu mempertahankan otonomi dari pemerintah Cina selama 50 tahun.

dw
Kamis, 28 Mei 2020 | 17:12 WIB
AS Pertimbangkan Perlakuan Khusus untuk Hong Kong, Sanksi untuk Cina
Sumber: dw

Di hadapan parlemen AS, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo pada Rabu (27/05), menyatakan pemerintahan Presiden Donald Trump tidak lagi menganggap Hong Kong sebagai daerah otonom dari Cina.

Meski pernyataan tersebut tidak membawa konsekuensi secara langsung, hal ini diyakini sebagai langkah pertama yang diperlukan untuk mencabut status preferensi perdagangan dan keuangan eks-jajahan Inggris itu.

“Tidak ada satu pun yang dapat menyatakan hari ini bahwa Hong Kong masih mempertahankan otonomi tingkat tinggi dari Cina, mengingat fakta di lapangan,” kata Pompeo. “Hong Kong tidak akan lagi mendapat perlakukan khusus di bawah hukum Amerika Serikat seperti yang diterapkan oleh hukum AS pada Hong Kong sebelum Juli 1997,” tambahnya.

Hong Kong diserahkan dari Inggris ke wilayah Cina 23 tahun silam, lalu mempertahankan otonomi dari pemerintah Cina selama 50 tahun. Namun, RUU Keamanan yang didorong oleh pemerintah Cina untuk Hong Kong baru-baru ini justru memiliki potensi mengubah kebijakan Cina yang dijuluki “satu negara, dua sistem”.

Mengingat rincian spesifik dari RUU keamanan tersebut masih belum jelas, banyak yang mengkhawatirkan bahwa jika UU tersebut diberlakukan, dapat membuat Cina mendirikan pangkalan badan intelijennya di Hong Kong.

“Keputusan buruk Beijing tersebut hanyalah yang terbaru dari serangkaian tindakan yang secara fundamental merongrong otonomi dan kebebasan Hong Kong, juga janjinya sendiri kepada rakyat Hong Kong,” kata Pompeo.

Potensi guncangan keuangan

Parlemen AS sebelumnya telah mengeluarkan undang-undang pada tahun 2019 untuk mendukung massa pro-demokrasi di Hong Kong. Namun, undang-undang tersebut mengharuskan Hong Kong untuk tetap mempertahankan otonominya dan status terpisahnya dengan AS untuk tujuan perdagangan. Hal itu kini berada di ambang kehancuran.

“Amerika Serikat pernah berharap bahwa Hong Kong yang bebas dan makmur akan menjadi sebuah model untuk Cina yang otoriter, namun kini jelas bahwa Cina justru memodelkan Hong Kong terhadap dirinya sendiri,” kata Pompeo, sekaligus menambahkan bahwa pemerintahan Trump tengah mempertimbangkan untuk menangguhkan tarif preferensi ekspor Hong Kong ke AS.

Kepala Sekretaris Hong Kong, Matthew Cheung, tidak setuju dengan diplomat AS itu.

“Ini adalah untuk stabilitas jangka panjang antara Hong Kong dan Cina, yang mana tidak akan mempengaruhi kebebasan berkumpul dan berbicara dan tentunya tidak akan mempengaruhi status kota sebagai pusat keuangan,” kata Cheung, merujuk pada RUU Keamanan.

Sementara, ketika ditanya tentang kemungkinan pembalasan AS atas undang-undang keamanan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian mengatakan bahwa Cina akan memberi perlawanan terhadap apa yang disebutnya “campur tangan asing yang keliru untuk urusan Hong Kong.”

Protes di jalan

Polisi Hong Kong pada Rabu (27/05) dilaporkan telah menangkap 360 dari ribuan pengunjuk rasa yang sekali lagi turun ke jalan memprotes RUU Keamanan kontroversial yang diperkenalkan pada pekan lalu, termasuk RUU yang membuat penghinaan terhadap lagu kebangsaan Cina sebagai perbuatan ilegal.

Para aktivis mengatakan RUU itu akan menghapus kebebasan dasar warga Hong Kong dan juga para pengunjung. Hong Kong selama berbulan-bulan telah dipenuhi oleh aksi unjuk rasa, bahkan selama pandemi virus corona, warga juga turun ke jalan menolak RUU Keamanan Cina terhadap Hong Kong.

Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara lain telah menyatakan keprihatinan mereka atas RUU tersebut.

gtp/rap (AFP, AP, Reuters)

Kasih Sayang Tuhan di Tengah Demonstrasi Hong Kong Dari mimbar turun ke jalan

Alan Keung adalah salah satu dari beberapa pendeta yang mencoba membantu para demonstran di Hong Kong. Sering kali ia melakukan ini di tengah suasana yang memanas. Dalam foto, terlihat ia menenangkan seorang pejalan kaki yang marah dan memaki pengunjuk rasa karena memblokade jalan. "Misi saya adalah membawa cinta kepada orang banyak," ujar Keung.

Kasih Sayang Tuhan di Tengah Demonstrasi Hong Kong Kenakan helm, rompi keselamatan, dan kerah pendeta

Agar mudah dikenali dan untuk perlindungannya, Keung menggambar tanda salib di helmnya. Dia juga mengenakan rompi berwarna kuning neon. Laki-laki berusia 28 tahun itu telah bergabung dengan tim penolong yang bekerja sukarela. Mereka utamanya membantu orang untuk mencuci mata mereka dari gas air mata. Jika ada yang butuh dukungan spiritual, Keung juga menyediakan waktu untuk berdoa singkat.

Kasih Sayang Tuhan di Tengah Demonstrasi Hong Kong Melawan rasa sakit

Bersama relawan lain, Keung membantu seorang pejalan kaki yang terkena gas air mata untuk mencuci matanya. Polisi Hong Kong menggunakan gas air mata, semprotan merica, dan meriam air untuk mengatasi kerusuhan. Sedangkan demonstran menyerang petugas keamanan dengan alat pembakar serta busur dan panah.

Kasih Sayang Tuhan di Tengah Demonstrasi Hong Kong Pertolongan untuk semua

Ketika sedang bertugas, Keung tidak berada di pihak mana pun. "Kadang-kadang kami membantu polisi yang terluka dan membutuhkan pertolongan." Pada bulan Juli, setelah terjadinya serangan di stasiun kereta, kelompok relawannya membantu pasukan keamanan dan melindungi mereka dari penumpang yang marah.

Kasih Sayang Tuhan di Tengah Demonstrasi Hong Kong Di antara dua kubu

Yang dikerjakan Keung bukannya tanpa bahaya. Dia sendiri sudah pernah merasakan pedihnya gas air mata. Baru-baru ini, kerusuhan pecah di Hong Kong, terutama di Universitas Politeknik. Polisi mengancam akan menggunakan peluru tajam. Sebelum pemilu, pemerintah mengawasi situasi dengan ketat untuk memastikan pemilihan lokal yang dijadwalkan pada akhir pekan (24/11) bisa berlangsung aman.

Kasih Sayang Tuhan di Tengah Demonstrasi Hong Kong "Bukan tipe orang yang tinggal diam di gereja"

Keung telah menjadi pendeta di sebuah komunitas yang terdiri dari sekitar 30 orang di wilayah timur laut Hong Kong selama tujuh tahun. "Saya bukan seseorang yang hanya diam di gereja dan berbicara tentang kemanusiaan, keadilan, dan moralitas tetapi mengabaikan apa yang terjadi di luar," katanya. "Saya ingin berada di tengah massa saat dibutuhkan."

Kasih Sayang Tuhan di Tengah Demonstrasi Hong Kong "Kalian masing-masing terlibat"

Pengalaman dan pelajaran yang didapat dalam protes itu, kadang juga terbawa di dalam khutbahnya. Di sini, ia bersama para siswa seusai waktu berdoa di atap gedung sebuah gereja, mengatakan: "Jangan kalian merasa kalian bukan bagian dari (protes) itu," katanya."Masing-masing dari kalian adalah masa depan Hong Kong dan dunia, kalian masing-masing terlibat." (ae/rap)

Penulis: Helena Kaschel, Bernd Kling

BERITA LAINNYA

TERKINI