India Hadapi Serangan Hama Belalang Terburuk dalam 30 Tahun

Sekitar 50.000 hektar lahan pertanian di India telah hancur oleh serangan belalang.

dw
Kamis, 28 Mei 2020 | 12:21 WIB
India Hadapi Serangan Hama Belalang Terburuk dalam 30 Tahun
Sumber: dw

Pihak berwenang India pada Selasa (26/05) mengirimkan pesawat nirawak dan traktor untuk melacak pergerakan belalang gurun dan menyemprotkan insektisida untuk menghalau serangan hama belalang yang dinilai sebagai terburuk yang dialami negara itu dalam hampir 30 tahun. 

Sekitar 50.000 hektar lahan pertanian di India telah hancur oleh serangan belalang. Dikhawatirkan India akan menghadapi kekurangan pangan terburuk sejak 1993. 

Serangan belalang telah bergerak menuju ke negara bagian lain di India termasuk Maharashtra dan Uttar Pradesh. Pada hari Senin (25/05), segerombolan belalang merambah kota Jaipur di Rajasthan, setelah melakukan perjalanan ke India dari Pakistan.  

K.L. Gurjar, Wakil Direktur Organisasi Peringatan Belalang di India, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa belalang bisa bergerak menuju ibu kota Delhi jika kecepatan dan arah angin mendukung pergerakan tersebut. 

Mengapa hama belalang sangat berbahaya? 

Menurut organisasi pangan dan agrikultur di bawah PBB yaitu Food and Agriculture Organization (FAO) belalang gurun biasanya menyerang bagian barat India dan beberapa wilayah di negara bagian Gujarat mulai bulan Juni hingga November. Namun, Organisasi Peringatan Belalang di Kementerian Pertanian telah melihat keberadaan mereka di India pada awal April tahun ini. 

FAO memperhitungkan bahwa sekelompok belalang yang berjumlah 40 juta ekor dapat memakan bahan pangan sebanyak yang dimakan oleh 35.000 manusia. Kawanan hama tersebut saat ini telah menghancurkan tanaman musiman di negara bagian Rajasthan dan Madhya Pradesh. Hama ini menyebabkan produksi pangan musiman lebih rendah dari biasanya dan menyebabkan kenaikan harga bahan pangan. 

Sekawanan belalang di wilayah pemukiman di Jaipur, Rajasthan, India pada Senin 25 Mei 2020.

Krisis agraria dan inflasi pangan akan sangat menghambat India dalam menghadapi pandemi corona. Ribuan pekerja migran di negara itu telah meninggal kelaparan saat India tiba-tiba memberlakukan lockdown skala nasional untuk memperlambat laju penyebaran virus corona. Para pekerja ini mendadak kehilangan upah harian mereka untuk membeli makan.  

Negara lain juga diserang hama belalang 

Hujan deras dan angin topan di Samudra Hindia oleh para ahli dituding sebagai alasan meningkatnya jumlah belalang tahun ini. Serangan itu juga tersebar di berbagai wilayah yang lebih luas di India.  

India bukan satu-satunya negara yang diserang oleh sekawanan besar belalang pada tahun ini. Pakistan, negara-negara di Afrika Timur, dan Yaman juga menghadapi hama padang pasir ini. Pada bulan Februari 2020, Pakistan mengumumkan keadaan darurat nasional karena serangan belalang di bagian timur negara itu. Hama ini telah merusak tanaman kapas, gandum, jagung dan tanaman lainnya. 

FAO: Penanganan hama butuh waktu 

Direktur Jenderal FAO, Qu Dongyu, juga memperingatkan bahwa upaya untuk mengendalikan hama belalang gurun akan memakan waktu. 

“Yang telah kami capai memang signifikan, tetapi perjuangan masih panjang dan (serangan hama) telah meluas ke sejumlah area baru,” ujar Qu. “Jelas bahwa kita belum dapat mengumumkan keberhasilan. Serangan hama sebesar ini jarang dapat dikendalikan dalam waktu beberapa bulan.” 

Terlepas dari operasi pengendalian hama yang telah dilakukan, hujan lebat yang terjadi baru-baru ini telah menciptakan kondisi ideal untuk reproduksi hama belalang di beberapa negara. FAO juga telah memperingatkan bahwa serangan belalang akan meningkat pada bulan depan, ketika belalang di Afrika Timur mencapai India. Belalang muda akan tumbuh menjadi belalang dewasa yang rakus pada bulan Juni bertepatan dengan masa petani memulai panen, tulis FAO di situs mereka. 

“Belalang, dikombinasikan dengan dampak COVID-19, dapat menyebabkan konsekuensi bencana pada mata pencaharian dan ketahanan pangan,” tegas Qu. 

Ed.: ae/yf (with FAO)

Serangga Lezat Selamat makan!

Serangga rasanya bisa lezat. Mengapa manusia tidak lebih sering menyantapnya? Padalah serangga mudah diternak, pakannya jauh lebih sedikit dari sapi, kambing atau babi, tidak butuh lahan pengangonan, berkembang biak secara cepat dan hampir tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca.

Serangga Lezat Enak dan sehat

Kepik air, kalajengking atau kecoa yang disate atau digoreng dan disantap sambil minum bir adalah santapan istimewa di Asia. Dan juga sehat: Serangga, khususnya larva, adalah sumber protein dan energi. 100 gram rayap misalnya mengandung 610 kilokalori. Lebih banyak dari cokelat. Kandungan lainnya 38 gram protein dan 46 gram lemak.

Serangga Lezat Kaya Vitamin

Serangga mengandung banyak asam lemak tidak jenuh, banyak zat besi, lemak, mineral dan vitamin. Organisasi pangan dunia FAO mendukung pemanfaataan serangga sebagai bahan pangan. Organisasi ini ingin mempopulerkan resep masakan serangga di seluruh dunia.

Serangga Lezat Lezat!

Di banyak negara serangga sudah menjadi makanan yang sering disantap. Khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Seperti ulat mopane pada foto, adalah makanan yang digemari di selatan Afrika. Ulat ini biasanya dimasak, digoreng atau dipanggang.

Serangga Lezat Laba-laba di panci masak

Di Eropa dan Amerika, binatang seperti kumbang, belatung dan belalang dianggap menjijikkan. Sulit misalnya, untuk membayangkan untuk memakan tarantula goreng yang sangat disukai di Kamboja.

Serangga Lezat Ala carte

Restoran mewah juga menyajikan menu serangga. Di restoran Meksiko ulat dengan guacamole (saus alpukat) sangat digemari. Di Jerman juga mulai ada restoran yang khusus menyajikan masakan belalang atau ulat tepung.

Serangga Lezat Berkesinambungan dan ramah lingkungan

Ada sekitar seribu jenis serangga di dunia yang bisa dimakan. Termasuk tawon. Jenis hewan ini adalah sumber pangan yang berkesinambungan, sehat, mengandung banyak protein dan vitamin. Dan sebagian besar rasanya lezat. Menurut FAO, belahan dunia yang belum mengenalnya harus mencobanya terlebih dahulu.

Serangga Lezat Terbukti: Ulat tepung sangat ramah lingkungan

2012 para peneliti menganalisa peternakan ulat tepung di Belanda berdasarkan segi ekologinya. Hasilnya, untuk memproduksi 1 kilogram protein yang bisa dimakan, peternakan ulat tepung membutuhkan energi lebih sedikit dan lahan yang lebih sedikit dibanding misalnya peternakan sapi.

Serangga Lezat Kumbang enak

Dulu di Jerman serangga juga sering menjadi santapan. Hingga pertengahan abad 20, sup kumbang sangat disukai. Rasanya disebut mirip dengan sup kepiting. Selain itu, kumbang yang dilapisi dengan glasir gula dijual di toko kue.

Penulis: Judith Hartl

BERITA LAINNYA

TERKINI