NETA Dipaksa Menyerah, Pabrik Tutup Usai 3 Bulan Beroperasi di Negara Asia Tenggara

Rabu, 09 April 2025 | 19:17 WIB
NETA Dipaksa Menyerah, Pabrik Tutup Usai 3 Bulan Beroperasi di Negara Asia Tenggara
Proses Perakitan Mobil Listrik Neta V-II di PT Handal Indonesia Motor, Pondok Ungu, Bekasi, Jumat (31/5/2024)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bayangkan sebuah startup otomotif asal Tiongkok yang datang bukan sekadar ikut meramaikan pasar, tapi benar-benar berniat menguasai jalanan ASEAN.

Inilah NETA, pemain baru di dunia otomotif yang tengah mencuri perhatian lewat gebrakannya di segmen mobil listrik.

Namun kini, pabrikan mobil listrik ini yang digadang-gadang bakal bisa mencuri perhatian kini berbalik arah.

Berdasarkan laporan dari BusinessTime Singapore, NETA baru saja mengalami pukulan telak. Dealer mewahnya di One Commonwealth - yang baru beroperasi selama 90 hari alias 3 bulan - tiba-tiba tutup layaknya adegan film misteri.

Dari 52 calon pembeli yang sudah mengantongi SPK, hanya empat mobil yang benar-benar mengaspal di jalanan Singapura. Sebuah angka yang membuat siapapun mengernyitkan dahi.

Meski sempat menggebrak pasar dengan peluncuran dua model andalannya, mobil listrik NETA ternyata belum menunjukkan geliat signifikan di Singapura.

Berdasarkan data dari Kementerian Transportasi setempat, hanya empat unit mobil NETA yang tercatat resmi terdaftar. Dua unit terdaftar pada November 2024, sementara dua sisanya muncul di Januari 2025.

Situasi makin meresahkan ketika sumber berita mencoba mendatangi lokasi diler resmi NETA di Singapura namun mendapati tempat tersebut sepi tanpa aktivitas—tak ada karyawan, apalagi mobil display.

Test Drive Mobil Listrik Neta V di Semarang, Jawa Tengah. (Suara.com/Manuel Jeghesta)
Test Drive Mobil Listrik Neta V di Semarang, Jawa Tengah. (Suara.com/Manuel Jeghesta)

Upaya konfirmasi pun menemui jalan buntu, karena baik pihak diler maupun NETA Singapura belum memberikan tanggapan apa pun.

Baca Juga: BYD Jual Hampir 1 Juta Unit Mobil di Q1 2025, Hybrid Semakin Populer

Padahal saat peluncuran, NETA dengan percaya diri memperkenalkan dua model unggulan: NETA X dan NETA Aya (yang dikenal di Indonesia sebagai NETA V-II), dan menyatakan komitmennya untuk bersaing di pasar mobil listrik Asia Tenggara.

Namun kondisi saat ini justru menimbulkan tanda tanya besar soal keberlanjutan merek tersebut di Singapura.

Tak hanya itu, ketidakjelasan ini berpotensi menjadi sinyal negatif terhadap eksistensi dan reputasi mobil listrik NETA di kawasan ASEAN yang tengah bersaing ketat dalam transisi ke kendaraan ramah lingkungan.

Namun, seperti kucing yang konon memiliki sembilan nyawa, NETA tidak menyerah begitu saja. Di Thailand, sang 'Negeri Gajah Putih', perusahaan ini justru bersiap bangkit dari tidurnya.

Setelah mengambil jeda strategis untuk merapikan urusan keuangan, Juni mendatang akan menjadi momentum kebangkitan mereka.

Indonesia? Ah, rupanya tanah air menjadi oasis bagi NETA. Dengan 90 unit mobil baru yang baru saja dikirim ke dealer pada Januari 2025, pasar Indonesia seolah memberikan secercah harapan di tengah badai yang menerjang.

Yang menarik, di balik layar drama ASEAN ini, NETA sedang memainkan permainan catur yang brilian di kandang sendiri.

Di China, mereka berhasil meyakinkan 134 supplier untuk tetap setia - sebuah prestasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata dalam industri yang haus akan kepercayaan ini.

Kisah NETA seperti menggambarkan betapa liarnya pasar mobil listrik ASEAN. Di satu sisi, kawasan ini adalah tambang emas yang menggiurkan - bayangkan jutaan konsumen yang mulai 'go green' dan pemerintah yang mendukung penuh.

Tapi di sisi lain? Ini adalah arena gladiator modern, di mana produsen mobil listrik dari berbagai penjuru dunia bertarung memperebutkan hati konsumen.

Pengalaman pahit di Singapura mungkin seperti secangkir kopi yang terlalu pekat - tidak enak diminum, tapi membangunkan dari mimpi indah. NETA kini harus belajar bahwa dalam bisnis mobil listrik, tidak cukup hanya punya produk bagus.

Kepercayaan konsumen adalah mata uang yang lebih berharga dari emas.

Lalu, bagaimana nasib NETA selanjutnya di ASEAN? Well, seperti kata pepatah, "dalam kesulitan selalu ada kesempatan."

Jika NETA bisa membenahi manajemen keuangannya, memperkuat jaringan distribusi, dan yang terpenting - membuktikan bahwa mereka lebih dari sekadar "mobil listrik China murah" - mungkin kita akan melihat comeback yang spektakuler.

Satu hal yang pasti: drama NETA di ASEAN masih jauh dari kata tamat.

Dan seperti penonton setia serial TV yang baik, kita semua menunggu episode selanjutnya dengan penuh antisipasi.

Akankah sang pendatang dari Negeri Tirai Bambu ini akhirnya menemukan formula sempurna untuk menaklukkan hati konsumen ASEAN? Waktu yang akan menjawab.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI