Suara.com - Bayangkan ketika pagi yang cerah, motor kesayangan sudah dipoles kinclong, dan Anda siap menaklukkan jalanan. Dengan semangat, Anda mampir ke SPBU, mengisi penuh tangki dengan Pertalite.
Semua terasa sempurna sampai beberapa kilometer kemudian, mesin mulai batuk-batuk, tersendat, dan akhirnya—mati total di tengah jalan.
Apa yang terjadi? Ternyata, bukan Anda saja yang mengalaminya. Sejumlah pengendara di Klaten mendadak jadi korban dalam sebuah kejadian mengejutkan: Pertalite yang tercampur air.
Bukan sekadar cerita horor bengkel, ini adalah insiden nyata yang bikin banyak orang geleng kepala. Bukannya menambah tenaga, bahan bakar justru membuat mesin mogok.
Bayangkan kerugian waktu, biaya, dan frustrasi yang harus ditanggung para pengendara yang tak tahu-menahu.
Drama ini terungkap lewat unggahan dari akun X @ridwanhr dimana sebuah botol ajaib berisi Pertalite yang tercampur air viral di media sosial.
Di dalamnya, tampak dengan jelas pemandangan yang tak seharusnya ada - lapisan air yang menari-nari di bawah cairan Pertalite. Unggahan Ridwan Hanif di platform X ini seketika memicu gempar di jagat maya.
Selain unggahan botol berisi Pertalite tecampur air, terdapat beberapa pengendara yang dibikin kesal di SPBU yang kendaraannya pada mogok usai mengisi bahan bakar di sana. Hal ini tentunya membuat publik geleng-geleng kepala.
"Anak kantor isi bensin di Klaten langsung mogok berjamaah, ternyata isinya campur air, banyakan airnya malahan" tulis caption dari unggahan tersebut.
Baca Juga: Viral BBM Tercampur Air Bikin Honda HR-V Mogok, Susi Pudjiastuti Beri Respons Tak Terduga
Memang ini bukan cerita baru. Selama lima tahun terakhir, hantu BBM oplosan telah berkeliaran di berbagai pelosok negeri, terutama di kawasan Jabodetabek.
Yang mengejutkan, beberapa oknum eksekutif Pertamina justru kedapatan bermain api dengan praktik pengoplosan BBM premium dengan yang berkualitas lebih rendah.
Dampaknya? Jangan ditanya! Mesin-mesin malang harus menelan "minuman" yang bukan semestinya.
Bayangkan perut Anda diisi air berlumpur - begitulah nasib kendaraan yang terpapar BBM tercampur air.
Kerusakan mesin, risiko kecelakaan, hingga kerugian finansial menjadi menu wajib para korban.
Masyarakat pun murka. Media sosial dibanjiri komentar pedas, mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap Pertamina yang seharusnya menjadi benteng terakhir kualitas BBM nasional.
Untungnya, pihak berwenang tak tinggal diam. Inspeksi mendadak digelar, pengawasan diperketat, dan sanksi tegas mengancam para pelaku nakal.
![Pengendara melakukan pengisian bahan bakar jenis Pertalite di SPBU Pertamina, Jakarta, Selasa (10/9/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/09/10/72298-bbm-subsidi-pertalite-pertamina-spbu.jpg)
Namun pertanyaan besarnya tetap mengambang: bagaimana skandal sebesar ini bisa lolos dari radar pengawasan selama bertahun-tahun?
Seperti kita tahu mengisi bahan bakar mungkin terasa seperti rutinitas biasa—berhenti di SPBU, buka tangki, isi penuh, lalu lanjut jalan.
Tapi siapa sangka, dari aktivitas sederhana ini bisa muncul pelajaran penting yang patut kita ingat bersama: selalu waspada, jangan lengah!
Kondisi kendaraan Anda adalah cerminan dari apa yang masuk ke dalamnya. Jika tiba-tiba performa mesin menurun, suara mesin berubah, atau tarikan jadi terasa berat setelah isi BBM—itu bisa jadi tanda ada yang tidak beres. Jangan abaikan! Dengarkan “bahasa” kendaraan Anda.
Yang tak kalah penting, jangan ragu untuk bersuara. Bila merasa ada kejanggalan saat mengisi bahan bakar, segera laporkan. Keberanian Anda bisa jadi penyelamat bagi banyak orang lainnya.
Ingat, kepercayaan konsumen adalah aset paling berharga. Baik untuk pengguna kendaraan maupun pihak penyedia layanan, menjaga kualitas dan transparansi adalah kunci utama. Karena di balik setiap liter BBM yang mengalir, ada tanggung jawab besar yang menyertai.
Skandal ini mungkin meninggalkan noda hitam dalam sejarah industri BBM nasional. Tapi dari situlah momentum untuk berbenah lahir. Saatnya membangun sistem yang lebih transparan, pengawasan yang lebih ketat, dan kepercayaan yang lebih kokoh antara penyedia BBM dan konsumen.