Dengan strategi jitu, dukungan kuat, dan teknologi mutakhir, BYD bukan hanya ikut balapan—mereka memimpin. Dunia otomotif kini tak lagi soal siapa yang duluan, tapi siapa yang paling siap. Dan BYD tampaknya sudah jauh di depan.

Tesla tampaknya tengah tersandung oleh dramanya sendiri, dan tokoh utamanya tak lain adalah sang CEO flamboyan, Elon Musk. Bukannya sekadar bos biasa, Musk kerap mencuri perhatian lewat cuitan-cuitan nyeleneh di media sosial.
Namun, yang jadi masalah, aksi virtual ini ternyata membawa konsekuensi nyata di dunia nyata—terutama pada penjualan Tesla.
Alih-alih memperkuat citra perusahaan, komentar-komentarnya justru kerap memicu kontroversi dan perdebatan.
Konsumen pun mulai bertanya-tanya: apakah mereka membeli mobil listrik atau ikut menjadi bagian dari panggung sandiwara digital sang CEO? Dampaknya, penjualan Tesla belakangan ini dikabarkan tidak sekuat dulu.
Seperti pepatah lama, “lidah tak bertulang, tapi bisa menghancurkan segalanya”—dan dalam kasus ini, bukan hanya reputasi pribadi, tapi juga masa depan perusahaan.
Tesla yang dulu dipuja sebagai pelopor mobil listrik kini harus menghadapi dilema: apakah inovasi hebat cukup untuk mengimbangi citra pemimpinnya yang suka blak-blakan?
Yang menarik, persaingan ini bukan sekadar pertarungan antara dua perusahaan.
Ini adalah pertanda pergeseran kekuatan global yang lebih besar. Bayangkan, sebuah perusahaan dari China kini mampu mengalahkan raksasa teknologi Amerika di kandangnya sendiri.
Baca Juga: Cara Menghitung Pajak Mobil Listrik, Hyundai IONIQ 5 Ternyata Tak Sampai Rp 500 Ribu
Ini seperti David yang mengalahkan Goliath - tapi kali ini David membawa teknologi canggih dan strategi bisnis yang brilian.