Suara.com - Kabar tentang potensi merger antara dua raksasa otomotif Jepang, Honda dan Nissan, sempat membuat geger dunia otomotif pada bulan Desember lalu.
Langkah ini dipandang sebagai upaya strategis untuk bersaing lebih baik di pasar kendaraan listrik yang berkembang pesat. Namun, baru-baru ini, kedua perusahaan tersebut secara resmi mengumumkan bahwa pembicaraan merger tersebut batal.
Honda dan Nissan mengonfirmasi penghentian memorandum of understanding (MOU) dalam pernyataan bersama. Ini menandai akhir dari potensi aliansi yang bisa menjadi produsen mobil terbesar ketiga di dunia, menurut laporan dari Arena EV.
Kendala dalam Pembicaraan Merger
Baca Juga: AI DeepSeek akan Diintegrasikan ke Mobil Listrik, Pabrikan Ini yang Siap Jadi Pionir
MOU yang disarankan mengarah pada merger di bawah perusahaan induk baru, namun laporan terbaru menunjukkan bahwa pembicaraan menemui kendala ketika Honda mengusulkan struktur yang berbeda.
![Nissan N7 [Suara.com/ANTARA/Ho-Nissan Global]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/01/24/68938-nissan.jpg)
Alih-alih kemitraan yang setara, Honda ingin menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan melalui pertukaran saham. Perubahan signifikan ini tidak diterima dengan baik oleh Nissan.
Pernyataan resmi dari kedua produsen mobil tersebut menyebutkan kebutuhan akan "kecepatan pengambilan keputusan dan pelaksanaan langkah-langkah manajemen dalam lingkungan pasar yang semakin tidak stabil menuju era elektrifikasi" sebagai alasan utama penghentian merger.
Proyek Lanjutan Nissan dan Honda
Menariknya, meski merger batal, proyek kolaborasi Nissan dan Honda dalam pengembangan kendaraan listrik (EV) tetap berjalan.
Baca Juga: Dalih Bukan buat Pribadi Prabowo, Istana Janji Lapor ke KPK soal Hadiah Mobil Listrik dari Erdogan
Kedua perusahaan ini fokus pada pengembangan bersama teknologi kendaraan listrik yang dapat bersaing di pasar global yang semakin kompetitif.