Suara.com - Menurut laporan Arena EV, Nissan, yang dikenal sebagai pelopor di sektor kendaraan listrik dengan model Leaf, sedang mencari mitra bisnis baru setelah rencana merger dengan Honda tampaknya dibatalkan.
Pencarian Nissan untuk aliansi baru mencerminkan persaingan yang ketat dan investasi besar yang diperlukan untuk berhasil di pasar EV (Electric Vehicle).
Mengembangkan kendaraan listrik dari awal melibatkan biaya yang signifikan, mulai dari teknologi baterai dan pengembangan motor listrik hingga membangun infrastruktur pengisian dan menyesuaikan proses manufaktur.
Berkolaborasi dengan produsen mobil lain dapat membantu berbagi biaya dan sumber daya, memanfaatkan keahlian, dan mencapai skala ekonomi lebih cepat.
Fokus pada Pasar Cina
![All-New Nissan LEAF resmi membuka order mulai hari ini, Senin (2/8/2021) [PT Nissan Motor Distribution Indonesia].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/02/68330-all-new-nissan-leaf-01.jpg)
Kemitraan yang sekarang tertunda dengan Honda awalnya dimaksudkan untuk fokus pada pengembangan bersama kendaraan listrik khusus untuk pasar Cina.
Alasan pembatalan belum diungkapkan secara resmi, tetapi jelas bahwa kompleksitas dalam menjelajahi kolaborasi internasional dan industri yang berubah dengan cepat menjadi penyebab utama.
Dinamika pasar, kemajuan teknologi, dan prioritas strategis yang berbeda dapat membuat atau menghancurkan kemitraan terkuat sekalipun.
Rencana Masa Depan Nissan
![Harga All New Nissan Leaf di Indonesia mulai Rp 649 juta. [Dok Nissan Indonesia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/18/13011-all-new-nissan-leaf.jpg)
Untuk saat ini, Nissan tidak berencana mengubah tujuan elektrifikasinya. Namun, perusahaan mengakui bahwa masa depan EV-nya tergantung pada menemukan mitra yang kuat.