Suara.com - Pernikahan bisnis yang hampir terjadi antara dua raksasa otomotif Jepang. Nissan dan Honda kini harus berakhir dengan kabar tak mengenakkan.
Mereka tak jadi merger karena ada alasan yang mungkin cukup masuk akal di sektor bisnis masing-masing pabrikan.
Dilansir dari Nikkei, semua bermula dari sebuah pertemuan bersejarah di jantung kota Tokyo.
Makoto Uchida dari Nissan dan Toshihiro Mibe dari Honda - duduk berhadapan untuk membicarakan masa depan. Sayangnya, pertemuan 6 Februari 2025 ini justru menjadi adegan terakhir dari kisah merger yang sempat membuat dunia otomotif menahan napas.
Baca Juga: Pesona Motor Listrik Yamaha, Siap Bersaing dengan Honda CUV e: tapi Harganya Jangan Kaget
Apa yang membuat lamaran bisnis ini kandas? Ternyata bukan soal cinta pada pandangan pertama yang hilang, melainkan perbedaan visi yang terlalu dalam.
Honda diduga ingin menjadikan Nissan sebagai 'anak tiri' dalam keluarga barunya. Tentu saja hal ini membuat Nissan tak bisa menerima posisi subordinat ini.
![Honda dan Nissan dalam kisah merger (Detroit Free Press)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/04/83998-honda-dan-nissan-dalam-kisah-merger.jpg)
Padahal, rencana awalnya cukup bikin pabrikan otomotif lainnya ketar-ketur. Bayangkan saja, jika merger ini terwujud pada Agustus 2026, kita akan menyaksikan lahirnya dinasti otomotif terbesar ketiga di dunia.
Bahkan ada bisik-bisik bahwa Mitsubishi Motors akan ikut bergabung, menciptakan trio yang akan menggemparkan industri global.
Namun hal ini urung terwujud lantaran tak ada kesepakatan yang pas.
Baca Juga: Saham Nissan Anjlok Setelah Beredar Kabar Merger dengan Honda Batal
Kini, kedua perusahaan harus menghadapi tantangan zaman sendirian. Di era dimana mobil listrik dan teknologi otonom menjadi tuntutan, mereka harus membuktikan bahwa keputusan untuk tetap solo adalah pilihan tepat.