Ojek Online Milik Muhammadiyah Dituding Tak Manusiawi, Ini Sebabnya

Rabu, 15 Januari 2025 | 18:46 WIB
Ojek Online Milik Muhammadiyah Dituding Tak Manusiawi, Ini Sebabnya
Muhammadiyah menghadirkan layanan transportasi online bernama Zendo. (Foto Ist).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hadirnya pemain baru di kancah ojek online Indonesia justru memantik kontroversi yang tak terduga? Zendo, yang lahir dari rahim Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU), kini tengah berada di tengah pusaran kritik tajam. Platform yang mengusung tagline berbasis syariah ini justru menuai badai protes terkait aturan kemitraannya yang dianggap kurang berpihak pada driver.

Hal ini pertama kali diungkapkan oleh akun X @arifnovianto_id. Dalam cuitannya tersebut, ia menilai kalau Zendo 'tak manusiawi'.

Bayangkan saja, para mitra baru Zendo harus menjalani "masa orientasi" yang tak biasa - wajib bekerja shift malam selama sebulan penuh. Lebih mengejutkan lagi, selama 14 hari pertama, kata "libur" seolah menjadi kata terlarang dalam kamus mereka. Belum lagi tuntutan setoran modal harian Rp 300.000 yang harus disiapkan para driver, seakan menambah beban di pundak mereka.

Sistem kerja Zendo bak pisau bermata dua. Di satu sisi, mereka menawarkan pembagian hasil yang menggiurkan - 80 persen untuk driver dan 20 persen untuk platform.

Baca Juga: Ditolak Ojol Karena Pakai Bahasa Isyarat, Padahal Surya Sahetapy Punya Profesi Mentereng di Amerika Serikat

Namun di sisi lain, aturan ketat seperti larangan menolak orderan dan larangan memiliki pekerjaan serupa membuat para driver merasa seperti burung dalam sangkar emas.

Gelombang kritik semakin membesar ketika Arif Novianto, melalui akun X-nya, membongkar sisi gelap sistem kerja Zendo.

Ironis memang, platform yang mengklaim mengusung nilai-nilai syariah ini justru dituding menerapkan sistem yang lebih mirip "perbudakan modern" ketimbang kemitraan yang sehat.

Publik bertanya-tanya, kemana perginya nilai-nilai keadilan sosial yang selama ini menjadi DNA Muhammadiyah?

Sistem kerja yang kaku, absennya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, plus jadwal kerja yang memberatkan, seolah menjadi bukti bahwa kata "syariah" dalam bisnis terkadang hanya sebatas jargon marketing.

Baca Juga: Usai Luncurkan Produk AC, Kini Muhammadiyah Kenalkan Ojek Online Zendo Berbasis Syariah

Masyarakat berharap Zendo bisa menjadi pionir ekosistem kerja yang lebih manusiawi, namun yang terjadi justru sebaliknya.

Bola kini ada di tangan Zendo. Sebagai platform yang membawa nama besar Muhammadiyah, mereka dituntut untuk tidak sekadar menjadi "pemain baru" di industri ojek online, tapi juga pembawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Akankah Zendo mampu membuktikan bahwa bisnis berbasis syariah bisa berjalan selaras dengan kesejahteraan para mitranya? Waktu yang akan menjawab.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI