Suara.com - Wakil rakyat di Tanah Air memang difasilitasi sebuah mobil dinas untuk menunjang kinerjanya. Namun ternyata di negara tetangga justru tak mendapatkan fasilitas seperti di Tanah Air.
Dalam laman Mail and Guardian, para wakil rakyat dan pejabat di Swedia justru memilih menggunakan transportasi umum berupa bus atau kereta untuk menunjang aktivitasnya.
Di negeri viking modern ini, para pejabat tinggi negara justru "ogah" diberi mobil dinas. Mengejutkan? Memang.
Sementara di berbagai negara para pejabat berlomba-lomba memamerkan mobil mewah berkilau, di Swedia malah sebaliknya. Para menteri dan anggota parlemen dengan santainya mengantre bus atau berjejal di kereta bawah tanah bersama warga biasa.
Baca Juga: Raffi Ahmad Disentil Tokoh NU Soal Mobil Dinasnya: Manusia Ini...
Joakim Holm, seorang warga Swedia, dengan tegas menyatakan, "Kami yang membayar gaji mereka. Untuk apa memberi mereka kehidupan mewah?" Blak-blakan sekali, bukan?
Yang lebih menarik, para pejabat ini bukannya terpaksa naik transportasi umum, mereka memang memilih untuk melakukannya.
Bahkan, seorang politisi yang ketahuan naik taksi bisa langsung jadi "trending topic" di media massa. Bayangkan kehebohannya kalau mereka ketahuan naik mobil mewah.
Tentu saja, ada pengecualian kecil. Perdana Menteri Swedia masih mendapat akses ke kendaraan khusus tapi ini murni untuk alasan keamanan, bukan gengsi. Sementara itu, juru bicara parlemen pun cukup puas dengan kartu transportasi umum di sakunya.
Bagaimana bisa? Jawabannya sederhana: Swedia adalah negara dengan tingkat kesenjangan sosial yang rendah. Tak perlu mobil anti peluru atau pengawalan ketat ketika masyarakatnya sudah sejahtera dan aman.
Baca Juga: Beda Pendidikan Raffi Ahmad dan Tom Lembong, Adab saat Mobil Dinasnya Viral Ramai Dibandingkan
Indonesia vs Swedia: Beda Negara, Beda Cerita
Berbeda dengan Swedia, di Indonesia, mobil dinas masih jadi "raja". Para menteri bisa dapat jatah hingga dua mobil dinas, lengkap dengan sopirnya! Ini diatur dalam PMK 138 tahun 2024 - kontras sekali dengan kesederhanaan ala Swedia, ya?
Pelajaran Berharga
Kisah ini mengajarkan kita bahwa kemewahan bukan ukuran efektivitas kerja. Malah, dengan naik transportasi umum, para pejabat bisa lebih memahami kehidupan rakyatnya. Mereka merasakan langsung bagaimana rasanya berdesakan di kereta di jam sibuk atau menunggu bus yang terlambat.
Mungkin ini saatnya kita bertanya: haruskah mobil dinas mewah jadi simbol status pejabat? Atau justru, kesederhanaan ala Swedia ini yang patut kita tiru?
Yang pasti, Swedia telah membuktikan bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik, yang dibutuhkan bukanlah mobil mewah - melainkan kerendahan hati untuk berbaur dengan rakyat yang dilayani. Siapa sangka, sebuah tiket bus bisa jadi simbol kesetaraan yang begitu powerful?