Suara.com - Di tengah gemerlap dunia sepakbola, tersimpan kisah kelam yang jarang terungkap. Sosok Patrick Kluivert, yang kini menjadi nahkoda baru Timnas Indonesia, pernah mengalami momen yang mengubah hidupnya selamanya. Bukan di atas lapangan hijau, melainkan di balik kemudi sebuah BMW M3 E30 - mobil yang menjadi saksi bisu sebuah tragedi.
Bayangkan sejenak. 9 September 1995. Jalanan Amsterdam yang lengang. Deru mesin BMW M3 E30 membelah kesunyian malam. Di balik kemudinya, seorang Kluivert muda yang masih berusia 19 tahun. Mobil sport legendaris itu melaju bagai peluru, menembus batas kecepatan yang seharusnya hanya 50 km/jam.
Dalam sekejap mata, takdir berubah. Tabrakan fatal terjadi, merenggut nyawa Marten Putman, pria berusia 56 tahun yang berada di mobil lain. Kecepatan 104 km/jam di area pemukiman menjadi keputusan fatal yang harus dibayar mahal.
Spesifikasi BMW M3 E30
Baca Juga: Bermodal Aset Nissan, Honda Berpeluang Ciptakan Rival Land Cruiser
Namun, ada cerita lain di balik mobil yang terlibat dalam tragedi ini. BMW M3 E30 bukanlah mobil biasa. Ia adalah legenda yang lahir dari mimpi para insinyur Jerman untuk menciptakan mobil sport sempurna.
Paul Rosche, sang jenius di balik kesuksesan BMW di Formula 1, memberikan sentuhan magisnya pada Sport Evolution. Hanya 600 unit yang pernah diproduksi, menjadikannya incaran para kolektor. Setiap lekuk body-nya, setiap deru mesinnya, menceritakan kisah evolusi teknologi otomotif yang menakjubkan.
Mobil yang dikendarai Kluivert adalah varian konvertibel - salah satu dari sedikit unit yang diproduksi antara 1988-1989.
BMW E30 M3 hadir dengan jantung pacu yang menggetarkan - mesin 4 silinder inline 16 katup yang tersusun bak prajurit dalam barisan sempurna. Bayangkan, dari balik kap mesinnya mengalir tenaga dahsyat 200 horsepower yang siap meledak!
Performa? Jangan ditanya! Mobil ini mampu melesat dari titik diam ke 100 km/jam hanya dalam 6,7 detik - waktu yang mencengangkan untuk era kelahirannya. Dengan bobot ringan 1.165 kg, E30 M3 dapat membelah angin hingga kecepatan 235 km/jam, menjadikannya salah satu predator aspal paling ditakuti di masanya.
Berbicara soal nilai, E30 M3 justru menentang logika investasi mobil pada umumnya. Saat kebanyakan mobil kehilangan 20-40 persen nilainya seiring waktu, sang legenda ini justru kian merangkak naik lantaran menjadi incaran para kolektor.
Buktinya? Sebuah E30 M3 tahun 1988 dengan odometer baru menyentuh 8.000 mil berhasil dilelang Hagerty seharga 250.000 USD (sekitar Rp 4 miliar)! Meski begitu, rata-rata harga pasarannya berkisar di angka 70.000 USD (Rp 1,1 miliar) - angka yang tetap fantastis untuk mobil berusia lebih dari tiga dekade.
Yang lebih menarik, para pakar otomotif memprediksi nilai E30 M3 masih akan terus merangkak naik, terutama untuk unit-unit yang terjaga keaslian dan perawatannya. Sungguh, sebuah bukti nyata bahwa legenda sejati tak akan pernah mati!