Suara.com - Sosok pengganti Shin Tae-yong di Timnas Indonesia perlahan mulai terkuak. Nama eks bomber Barcelona, Patrick Kluivert menjadi sorotan. Dibalik kegemilangan sebagai pemain sepak bola, ternyata ia menyimpan sisi gelap yang kelam.
Dilansir dari The Herald, Kluivert pernah bermasalah dengan kepolisian saat mengendarai mobil.
Kala itu, ia berusia 19 tahun harus berhadapan dengan momok terkelam dalam hidupnya. Tahun 1995 menjadi titik balik yang mengubah segalanya. BMW M3 yang dikendarai Kluivert melesat bagai peluru di jalan pemukiman, mengabaikan batas kecepatan yang seharusnya menjadi pengingat akan keselamatan bersama.
104 kilometer per jam, angka yang kemudian mengukir luka tak tersembuhkan. Dalam sekejap mata, takdir mempertemukan mobilnya dengan Ford Orion milik Martin Putnam, seorang sutradara teater berusia 56 tahun.
Baca Juga: Tiba-Tiba Lepas Shin Tae-yong, Keputusan PSSI Bisa Menjadi Sebuah Blunder Fatal
Ironi yang menyayat hati, Putnam ternyata penggemar setia Ajax, klub yang saat itu menjadi rumah bagi Kluivert muda.
Pengadilan menjadi panggung drama yang berbeda dari lapangan sepakbola. Di sana, Kluivert berjuang mempertahankan keyakinannya, namun pada akhirnya harus menunduk di hadapan keadilan.
240 jam pengabdian masyarakat menjadi harga yang harus dibayar, meski tak sebanding dengan nyawa yang telah hilang.
Namun rupanya, waktu belum cukup mengajarkan kebijaksanaan. Desember 2001 menulis babak baru dalam kisah kelam sang striker. Di jalanan Madrid yang sunyi, dini hari seusai pertandingan melawan Galatasaray, Kluivert kembali tersandung.
Kali ini, alkohol menjadi musuh yang membuatnya harus merelakan izin mengemudi dan membayar denda.
Baca Juga: Bocorkan Alasan Shin Tae-yong Dipecat, DPR: Kami Ingin PSSI ke Depan Lebih Maju
Kisah ini bukan sekadar catatan hitam dalam lembar kehidupan seorang Patrick Kluivert. Ini adalah cermin yang memantulkan kerapuhan manusia bahwa ketenaran, prestasi, dan kemewahan tak menjamin seseorang kebal dari kesalahan.