Suara.com - Perusahaan taksi tanpa awak, Waymo, mengungkap bagaimana sistem mereka menangani situasi darurat jika penumpang tidak sadarkan diri selama perjalanan.
Waymo, perusahaan robotaksi berbasis di California, telah memaparkan langkah-langkah yang diambil jika seorang penumpang terlalu mabuk untuk meninggalkan kendaraan.
Hal ini menjadi perhatian penting mengingat banyak masyarakat San Francisco Bay Area yang mulai menggunakan layanan ini sebagai alternatif transportasi aman setelah berpesta.
Dilansir dari Unilad, Mobil otonom Waymo, yang beroperasi tanpa pengemudi, pertama kali diluncurkan pada Oktober 2020. Dalam empat tahun, layanan ini telah diperluas ke Phoenix (Arizona), San Francisco, dan Los Angeles, melayani sekitar 150.000 perjalanan berbayar setiap minggunya.
Baca Juga: 4 Fakta Unik Rivfo Pet Taxi Jogja, Inovasi yang Memudahkan Pemilik Hewan Peliharaan
Dengan misi utama meningkatkan keselamatan di jalan raya, Waymo mengklaim inovasi mereka mampu menyelamatkan nyawa dari kecelakaan lalu lintas.
Namun, pertanyaan muncul: bagaimana robotaksi ini merespons situasi di mana penumpang menghadapi kondisi darurat medis atau terlalu mabuk untuk keluar dari kendaraan?
Menurut laporan San Francisco Chronicle, sistem mobil akan mendeteksi masalah jika penumpang tidak membuka pintu saat mencapai tujuan. Kamera di dalam kendaraan akan memindai interior dan, menggunakan teknologi pembelajaran mesin, mengidentifikasi apakah penumpang tidak sadar akibat konsumsi alkohol berlebih.
Jika situasi darurat terdeteksi, staf manusia Waymo akan mengakses video yang sudah diburamkan untuk memastikan kondisi penumpang. Jika dipastikan penumpang tidak sadarkan diri, "agen dukungan penumpang" akan berkomunikasi melalui antarmuka di mobil.
Jika tidak ada respons, agen akan menghubungi layanan darurat, yang kemudian dapat meminta Waymo untuk membuka pintu mobil secara jarak jauh atau, jika diperlukan, memecahkan kaca.
Baca Juga: Sekelas Avanza Tapi Rp100 Jutaan Lebih Murah: Intip Harga Toyota Calya per Desember 2024
Meskipun hingga kini situasi seperti ini belum terjadi, Departemen Pemadam Kebakaran San Francisco mengungkap telah menangani insiden dengan robotaksi, termasuk kebakaran kendaraan yang diduga disebabkan remaja atau gangguan lainnya.
Hal serupa juga dilaporkan dari layanan transportasi lain seperti Uber dan Lyft, yang sering menghubungi petugas pemadam karena penumpang tak sadar.
Di tengah meningkatnya angka kematian akibat mengemudi dalam keadaan mabuk—angka tertinggi dalam 15 tahun terakhir menurut Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA)—Waymo mempromosikan layanan mereka sebagai alternatif transportasi yang aman. Tahun ini, perusahaan berencana memperluas layanan ke Austin, Atlanta, dan Miami.
Apakah kehadiran taksi tanpa awak seperti Waymo dapat menjadi solusi utama untuk mengurangi risiko kecelakaan, atau justru menambah tantangan baru dalam menangani situasi darurat? Waktu yang akan menjawab.