Suara.com - Malam pergantian tahun di Prancis yang seharusnya menjadi momen penuh suka cita berubah menjadi serangkaian insiden yang memprihatinkan.
Hampir 1.000 mobil dilaporkan dibakar, dan sekitar 400 orang ditahan di berbagai wilayah negara itu. Peristiwa ini menggambarkan tantangan besar dalam menjaga keamanan publik di tengah perayaan besar.
Berdasarkan laporan dari saluran televisi BFMTV, total 984 kendaraan menjadi sasaran aksi vandalisme pada malam 1 Januari.
Tidak hanya itu, sebanyak 420 orang ditahan oleh pihak berwenang, dan 310 di antaranya langsung dijebloskan ke tahanan.
Baca Juga: Kapan Imlek 2025? Ini Hari Liburnya
Situasi ini menjadi sorotan utama setelah Kementerian Dalam Negeri Prancis merilis data resmi.
Menteri Dalam Negeri, Bruno Retailleau, menyebutkan bahwa berbagai insiden juga melibatkan peluncuran kembang api yang tak terkendali.
Beberapa di antaranya bahkan berujung pada bentrokan dengan polisi dan petugas pemadam kebakaran.
Korban Tak Berdosa
Di tengah kekacauan tersebut, seorang gadis berusia dua tahun menjadi korban tragis akibat kembang api liar.
Baca Juga: Tragedi Tahun Baru: Truk Terjang Kerumunan di New Orleans, 10 Tewas
Wajah dan matanya terluka parah setelah kereta anak yang ia gunakan terkena letusan kembang api. Insiden ini terjadi di Lyon dan menambah daftar panjang peristiwa memilukan malam itu.
Di tempat lain, seorang individu dilaporkan kritis dan harus dilarikan ke rumah sakit akibat kecelakaan terkait kembang api.
Rentetan kejadian ini menunjukkan betapa perayaan yang seharusnya damai bisa berubah menjadi mimpi buruk bagi sebagian orang.
Upaya Keamanan Maksimal
Untuk mengantisipasi kerusuhan, pihak kepolisian Paris mengerahkan sekitar 10.000 petugas di wilayah metropolitan selama liburan akhir tahun.
Secara nasional, total 100.000 personel keamanan disiagakan, naik dari 90.000 tahun sebelumnya.
Langkah ini merupakan respons atas kekhawatiran meningkatnya potensi bentrokan dan aksi vandalisme di kota-kota besar.
Sebagai tambahan, beberapa wilayah di Prancis memberlakukan jam malam bagi anak di bawah umur. Pada malam 31 Desember, anak-anak dilarang keluar rumah setelah pukul 22.00.
Penjualan petasan dan bahan bakar dalam wadah portabel juga dilarang di sejumlah distrik demi meminimalkan risiko.
Ancaman yang Membayangi
Bruno Retailleau, dalam pernyataannya, menekankan bahwa kewaspadaan tinggi diperlukan bukan hanya karena risiko kerusuhan, tetapi juga ancaman terorisme yang terus membayangi Prancis.
“Tingginya ketegangan internasional dan ancaman dalam negeri membuat pengamanan harus ditingkatkan,” ujarnya.
Langkah-langkah ini diharapkan mampu meredam potensi konflik selama perayaan tahun baru. Namun, realitas di lapangan menunjukkan tantangan yang tak mudah diatasi.
Fenomena Tahunan yang Terulang
Aksi pembakaran mobil pada malam tahun baru bukanlah fenomena baru di Prancis.
Tradisi negatif ini telah berlangsung selama beberapa dekade dan sering menjadi simbol protes sosial atau sekadar tindakan vandalisme.
Namun, skala insiden tahun ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.