Suara.com - Selama beberapa bulan terakhir, Volkswagen (VW) telah mengancam akan menutup beberapa pabrik mobil di Jerman sebagai upaya untuk mengurangi biaya dan memperbaiki kondisi keuangan.
Namun, dewan pengawas perusahaan kini mempertimbangkan kemungkinan untuk mempertahankan pabrik-pabrik tersebut tetap beroperasi, berita yang tentunya disambut baik oleh karyawan dan serikat pekerja lokal, menurut laporan Carscoops.
Sebelumnya, VW berpeluang untuk menutup pabrik di Jerman, ini akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah perusahaan langkah drastis tersebut diambil.
VW menghadapi persaingan yang meningkat dari merek-merek baru yang memasuki pasar Eropa, terutama dari produsen mobil China.
Baca Juga: Beda Harga Mobil Ayahnya Lady Aurelia di LHKPN dan di Pasaran: Selisihnya Bisa Tembus 150 jutaan
Menurut bos merek VW, Thomas Schäfer, situasi ini "tidak bisa diselesaikan hanya dengan langkah pemotongan biaya."
Selama tiga bulan terakhir, serikat pekerja dan VW berselisih tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi biaya.
Menurut Manager Magazin, anggota dewan VW telah mempertimbangkan untuk mengakhiri produksi di pabrik Dresden yang saat ini mempekerjakan 300 orang.
Mereka juga telah menyelidiki kemungkinan menjual pabrik Osnabrueck yang memiliki 2.300 pekerja.
Namun, sumber anonim mengklaim bahwa dewan lebih memilih untuk tidak menutup pabrik-pabrik ini dan belum menemukan pembeli potensial untuk situs Osnabrueck.
Baca Juga: Teknologi Keamanan Tinggi: Uji Tabrak Chery Tiggo 8 Tunjukkan Standar Baru di Industri Otomotif
Meskipun ada beberapa ketidaksepakatan di antara anggota dewan, masa depan pabrik-pabrik ini masih belum pasti.
Laporan yang beredar juga mengindikasikan bahwa bahwa keluarga Piech dan Porsche cenderung mendukung langkah pemotongan biaya yang lebih agresif.
Protes dan Usulan Serikat Pekerja
Pada awal Desember, hampir 100.000 pekerja VW di seluruh Jerman melakukan aksi mogok untuk memprotes langkah-langkah pemotongan biaya yang ekstrem.
Serikat pekerja IG Metall menawarkan untuk mengorbankan bonus mereka untuk tahun 2025 dan 2026 serta mengusulkan penggunaan uang dari kenaikan gaji untuk membiayai pengurangan jam kerja sementara selama periode kelebihan kapasitas.
Langkah-langkah ini diklaim bisa menghasilkan penghematan biaya.