Suara.com - Belakangan ini, muncul fenomena menarik di kalangan pengguna Pertamax yang melaporkan adanya penurunan performa pada kendaraan mereka.
Keluhan yang paling sering terdengar adalah mobil yang mendadak kehilangan tenaga hingga mengalami brebet. Fenomena ini menjadi perbincangan hangat di berbagai forum otomotif dan media sosial, memicu kekhawatiran di kalangan pengguna bahan bakar RON 92 tersebut.
Awalnya sebuah video yang diunggah oleh akun TikTok emcsang310. Dalam video tersebut diperlihatkan narasi dimana saat menggunakan Pertamax justru menjadi kotor.
"Pakai Pertamax Bersih (X). Pakai Pertamax Jadi Kotor (V)," tulis caption dari video tersebut.
Baca Juga: Uji Tabrak Volvo Hasilnya Memukau, Ketangguhan Tak Diragukan Lagi
Dalam video tersebut diperlihatkan salah satu komponen mobil berupa tangki bahan bakar yang terlihat kotor usai dibersihkan.
Caption dari unggahan tersebut juga menyebutkan kalau mobil mendadak kehilangan tenaga hingga mengalami brebet. Bahkan caption dalam video tersebut menyebutkan sudah ada tujuh mobil yang mengalami hal serupa.
Pernah Jadi Kotradiksi Kemenko Marves vs Pertamina
September 2024 silam, Rachmat Kaimudin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, memberikan penjelasan mengenai kualitas bahan bakar di Indonesia.
Pertamax, yang selama ini dianggap sebagai BBM berkualitas tinggi, ternyata menyimpan rahasia yang mengkhawatirkan yakni kandungan sulfurnya mencapai 400 ppm, hanya sedikit lebih rendah dari Pertalite yang berada di angka 500 ppm. Angka ini jauh melampaui standar internasional yang seharusnya hanya 50 ppm.
Baca Juga: Wuling Pesaing Gran Max tapi Elektrik: Mobil "Dual Purpose" Cocok Buat Liburan atau Jualan
"Saat melihat kualitas BBM, orang cuma memikirkan tentang RON saja, padahal sebetulnya yang menjadi isu adalah kandungan sulfur," tutur Kaimudin pada awak media di gedung Kemenko marves, Jakarta Pusat.
"Karena sulfur tinggi, teknologi untuk mengurangi polusi jadi tidak berfungsi," imbuhnya.
Tingginya kadar sulfur ini bukan sekadar angka, ini berdampak serius pada efektivitas teknologi pengurangan polusi kendaraan.
Menariknya, meski Biosolar memiliki kandungan sulfur 250 ppm, Pertamina sebenarnya sudah memiliki solusi dengan BBM yang memenuhi standar Euro 4, yakni Pertamax Green, Pertamax Turbo, dan Pertadex 53.
Sayangnya, varian bersih ini belum tersedia merata di seluruh SPBU. Kaimudin menekankan pentingnya dukungan pemerintah kepada Pertamina untuk menyediakan BBM yang lebih bersih dan ramah lingkungan bagi masyarakat Indonesia.
Terkait tudingan kotornya Pertamax pada waktu itu, Pertamina sempat berdalih.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, kepada awak media mengatakan bahwa kotornya Pertamax ini masih sesuai aturan pemerintah.
Sebagai informasi, ia merujuk batas kandungan maksimal sulfur yang telah ditetapkan pada Ditjen Migas untuk BBM RON 92, adalah 400 ppm.
"Kami pastikan produk BBM Pertamina memenuhi ketentuan yang berlaku, bahkan kandungan sulfur Pertamax masih jauh di bawah 400 ppm, jadi masyarakat tidak perlu khawatir," ungkapnya di kala itu.
Alih-alih fokus pada solusi dari tingginya kandungan sulfur pada Pertamax, ia malah merekomendasikan jenis BBM lain yang notabene harganya lebih mahal.
"Produk Pertamina Dex, Pertamax Turbo, dan Pertamax Green 95 telah tersedia di SPBU, ketiganya adalah BBM dengan standar Euro 4 dan kandungan sulfur 50 ppm. Silakan masyarakat menentukan BBM yang diinginkan," tuturnya lagi.
Klaim bersihnya Pertamax di akhir 2023
Menurut unggahan di situs resmi Pertamina pada 20 November 2023, diklaim bahwa BBM dari Pertamax series adalah bahan bakar berkualitas.
Mereka menyatakan bahwa Pertamax 92 memiliki kandungan sulfur rendah.
"Pertamax memiliki RON 92 dan khusus dirancang untuk kendaran versi atau keluaran baru. Selain itu, faktor emisi yang dimilikinya mencapai 69.300 kg CO2/TJ. Adapun untuk kandungan sulfur maksimalnya adalah 130 ppm. Selain itu, jenis pertamax satu ini cocok untuk kendaraan yang memiliki kompresi 9:1 sampai dengan 10:1."