Suara.com - Kemacetan telah menjadi momok bagi kota-kota besar di Indonesia. Meski lampu lalu lintas selama ini dianggap sebagai solusi utama, nyatanya justru membuat kemacetan yang lain.
Waktu tunggu yang cukup lama membuat lampu lalu lintas tak efektif lagi. Apalagi salah satu calon Gubernur DKI Jakarta, Dharma Pongrekun membuat kebijakan akan menghapus lampu merah jika terpilih nantinya.
Ide Dharma Pongrekun ini bukan isapan jempol belaka. Memang ide tersebut bisa diterapkan dengan 3 solusi yang bisa dilakukan pemerintah setempat.
Berikut 4 inovasi yang bisa direalisasikan untuk mengatasi kemacetan jalan dilansir dari berbagai sumber.
Baca Juga: Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
1. Bundaran
Bundaran atau roundabout menjadi alternatif menarik pengganti lampu merah. Sistem yang tampak sederhana ini nyatanya menyimpan kompleksitas desain yang cerdas dalam mengurai kemacetan.
Keunggulan Sistem Bundaran Bundaran menawarkan beberapa keunggulan signifikan dibandingkan persimpangan berlampu merah:
- Mengurangi titik konflik antar kendaraan
- Meminimalisir waktu tunggu
- Menghemat energi karena kendaraan tidak perlu berhenti total
- Menurunkan risiko kecelakaan fatal
- Ramah lingkungan dengan mengurangi emisi
Beberapa negara di belahan dunia ternyata sudah menggunakan bundaran. Salah satunya Prancis yang dikenal sebagai pionir sistem bundaran modern.
Place Charles de Gaulle di Paris, dengan Arc de Triomphe-nya yang ikonik, merupakan contoh klasik bagaimana bundaran dapat mengatur arus lalu lintas kompleks dari 12 jalan yang bertemu.
Baca Juga: Jawab Ide Dharma Pongrekun, Rano Karno 'Angkat Tangan' Jika Rumput Laut Jadi Bahan Bakar
Lalu ada Inggris yang mengembangkan "magic roundabout" di Swindon - sistem unik yang menggabungkan lima bundaran mini mengelilingi bundaran utama. Meski tampak rumit, sistem ini terbukti efektif mengurangi kemacetan.
Berikutnya ada Thimphu, ibukota Bhutan, mengandalkan sistem bundaran dan petugas lalu lintas tanpa menggunakan lampu merah sama sekali. Model ini membuktikan bahwa solusi sederhana bisa sangat efektif.
Lalu ada Australia mengintegrasikan bundaran dengan teknologi smart city, menciptakan sistem hybrid yang mengoptimalkan arus lalu lintas berdasarkan data real-time.
Dengan desain yang tepat, bundaran dapat mengatur arus lalu lintas secara natural tanpa menciptakan antrian panjang. Kuncinya terletak pada perhitungan geometri dan kapasitas yang sesuai dengan volume kendaraan.
2. Jalan Layang atau Flyover
Dalam menghadapi tantangan kemacetan yang semakin kompleks, jalan layang hadir sebagai terobosan infrastruktur yang mengubah paradigma transportasi perkotaan.
Solusi vertikal ini tidak hanya menambah kapasitas jalan, tetapi juga menciptakan alur transportasi yang lebih efisien tanpa terhambat lampu merah.
Jalan layang merepresentasikan evolusi dalam perencanaan kota modern. Dengan mengangkat arus lalu lintas ke level yang berbeda, infrastruktur ini secara efektif memisahkan berbagai tipe pergerakan kendaraan, mengurangi titik konflik yang biasanya terjadi di persimpangan berlampu merah.
Keunggulan Strategis Jalan Layang
- Eliminasi Konflik Persimpangan : Dengan menempatkan arus utama di atas, jalan layang menghilangkan kebutuhan lampu lalu lintas di persimpangan sibuk, menghasilkan aliran kendaraan yang lebih lancar.
- Optimalisasi Ruang Vertikal: Pemanfaatan ruang udara untuk infrastruktur transportasi memaksimalkan penggunaan lahan yang terbatas di area perkotaan.
- Peningkatan Efisiensi Waktu : Pengurangan waktu tempuh signifikan dicapai melalui eliminasi hambatan di persimpangan dan pengurangan kemacetan.
Tantangan Implementasi Meski menawarkan solusi efektif, pembangunan jalan layang menghadapi beberapa tantangan:
- Biaya konstruksi yang tinggi
- Dampak visual terhadap lansekap kota
- Potensi gangguan selama konstruksi
- Kebutuhan maintenance jangka panjang
3. Jalur Satu Arah
Sistem jalan satu arah muncul sebagai solusi yang efektif dan terbukti berhasil di berbagai kota besar. Sistem ini tidak hanya mengurangi konflik di persimpangan, tetapi juga memaksimalkan kapasitas jalan yang tersedia.
Sistem jalan satu arah mengatur arus lalu lintas ke satu arah tertentu, menghilangkan potensi konflik dengan arus berlawanan.
Pendekatan ini memungkinkan penggunaan seluruh lebar jalan secara optimal, meningkatkan kapasitas hingga 50 persen dibanding jalan dua arah konvensional.
Konsep "tidal flow" atau arus bolak-balik merupakan pengembangan cerdas dari sistem satu arah. Sistem ini menyesuaikan arah arus lalu lintas berdasarkan jam sibuk:
- Pagi: dominan menuju pusat kota
- Sore: dominan menuju area pemukiman
- Di luar jam sibuk: dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Implementasi di Kota-kota Besar Jakarta telah menerapkan sistem ini di beberapa ruas jalan strategis:
- Jalan Sudirman-Thamrin
- Jalan Gatot Subroto
- Kawasan Kuningan
Singapura juga sukses mengimplementasikan sistem serupa di:
- Orchard Road
- Marina Bay area
- Central Business District
Simpang susun hadir sebagai solusi revolusioner mengatasi kemacetan di persimpangan kompleks. Infrastruktur ini tidak hanya menghilangkan kebutuhan lampu merah, tetapi juga memungkinkan pergerakan kendaraan multi-arah tanpa konflik.
Simpang susun mengadopsi prinsip berlapis dalam mengatur arus lalu lintas. Dengan memanfaatkan ruang vertikal, sistem ini memungkinkan kendaraan bergerak ke berbagai arah tanpa harus berhenti atau berpotongan dengan arus lainnya. Hasilnya? Pengurangan waktu tempuh hingga 60 persen dibanding persimpangan konvensional.
Implementasi simpang susun telah berhasil diterapkan di berbagai kota besar dunia dengan karakteristik unik masing-masing.
Di Jakarta, Jembatan Semanggi yang dibangun sejak 1961 menjadi ikon infrastruktur Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Dengan desain yang menerapkan sistem satu arah, jembatan ini secara efektif menghubungkan empat kawasan strategis ibu kota.
Kemampuannya menampung hingga 200.000 kendaraan per hari membuktikan perannya sebagai solusi vital bagi transportasi Jakarta.
Di belahan dunia lain, Shanghai membanggakan Nanpu Bridge Interchange yang terkenal dengan desain spiral inovatifnya.
Infrastruktur ini berhasil mengintegrasikan sistem jembatan dan jalan tol dalam satu kesatuan yang harmonis. Keberhasilannya terbukti dengan pengurangan tingkat kemacetan hingga 75 persen di area yang dilayaninya, menjadikannya salah satu simpang susun paling efektif di Asia.
Sementara itu, Dallas menampilkan keunggulan teknologi Amerika dengan High Five Interchange-nya yang megah. Dengan konstruksi lima tingkat yang menjulang setinggi 37 meter dan total panjang jalan mencapai 43 kilometer, simpang susun ini mampu melayani lalu lintas hingga 500.000 kendaraan setiap harinya.
Pencapaian ini menjadikan High Five Interchange sebagai benchmark dalam pembangunan simpang susun modern, menggabungkan kapasitas besar dengan efisiensi tinggi dalam satu desain yang impresif.
Penggunaan teknologi pintar seperti sensor, kamera CCTV, dan sistem informasi real-time dapat mengoptimalkan semua solusi di atas. Artificial Intelligence dapat membantu prediksi dan pengaturan arus lalu lintas secara dinamis.