Suara.com - Perkembangan mobil listrik diperkirakan akan menghadirkan gelombang PHK atau Pemutusan Hubungan Kerja terhadap 186.000 orang di Jerman dan 5,5 juta orang di Jepang.
Dalam sebuah studi yang dilakukan Prognos baru-baru ini, peralihan industri otomotif ke kendaraan elektrifikasi akan mengurangi jumlah pekerja di sektor otomotif Jerman sebanyak 186.000 orang pada 2035.
Di mana sistem penggerak mobil listrik yang menggunakan lebih sedikit komponen dibandingkan mobil bensin menjadi faktor utama pabrikan otomotif melakukan PHK.
"Pekerjaan terkait pengelasan dan pengolahan logam, serta manajemen bisnis dan administrasi akan menghilang," tulis hasil studi Prognos, dilansir dari Carscoops, Rabu (13/11/2024).
Baca Juga: Mobil Listrik Pertama Mazda MX-30 Mengaspal di Indonesia, Tawarkan Desain Stylish Ramah Lingkungan
Namun demikian, hasil studi juga menemukan era elektrifikasi juga membuka peluang terhadap lapangan kerja baru.
Hanya saja, terbukanya lapangan kerja baru tidak sebanding dengan banyaknya lapangan kerja yang hilang.
Pernyataan senada juga pernah disampaikan Chairman Toyota, Akio Toyoda. Ia menyatakan bahwa masa depan otomotif yang hanya bergantung pada mobil listrik murni akan mengakibatkan hilangnya 5,5 juta pekerja di Jepang.
Hal ini, menurut dia, merupakan konsekuensi signifikan bagi industri otomotif yang hanya mengandalkan kendaraan listrik.
Ia memperkirakan bahwa 5,5 juta pekerja tersebut termasuk posisi orang-orang yang berada dalam rantai pasokan Toyota.
Baca Juga: AION Kejar TKDN 40 Persen Demi Insentif Mobil Listrik
"Ada 5,5 juta orang yang terlibat dalam industri otomotif di Jepang. Di antara mereka adalah orang-orang yang telah lama bekerja terkait mesin," kata Akio Toyoda.