Studi: Tingginya Harga Mobil Baru Barikan Dampak Negatif Terhadap Industri Otomotif

Kamis, 07 November 2024 | 09:25 WIB
Studi: Tingginya Harga Mobil Baru Barikan Dampak Negatif Terhadap Industri Otomotif
Ilustrasi industri otomotif. [Shutterstock/Rainer Plendl]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Industri otomotif Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang mempengaruhi daya beli konsumen. Dengan penjualan mobil baru yang cenderung stagnan dalam beberapa tahun terakhir, industri otomotif perlu beradaptasi dan berinovasi untuk tetap relevan di tengah perubahan pasar yang dinamis. 

Maka diperlukan strategi-strategi baru yang dapat membantu pelaku industri menghadapi tantangan pasar sekaligus memanfaatkan peluang yang muncul pada segmen kendaraan listrik. 

Dalam hasil studi yang disampaikan MarkPlus Inc, sebanyak 56% konsumen menganggap harga mobil baru terus meningkat di luar kemampuan pendapatan mereka, 50% merasa pajak yang dikenakan terlalu tinggi.

Sementara 37% menghadapi suku bunga leasing yang memberatkan, dan 26% lainnya lebih memilih mobil bekas dengan harga yang sama.

Baca Juga: Toyota Indonesia Cetak Lulusan Ahli Pacu Produktivitas Industri Otomotif

"Hal ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan keterjangkauan dan nilai dalam pasar mobil baru untuk menarik minat konsumen. Ikatan ekonomi yang menjadi hambatan utama pembelian mobil baru di Indonesia cukup signifikan," ujar Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, dalam diskusi bertajuk 'Automotive Industry Roundtable dengan tema Navigating The Future of The 4W Industry' bersama Forwot, di Jakarta, Kamis (7/11/2024).

Dari hasil studi yang dirampungkan Agustus lalu ini, tantangan utama yang dihadapi adalah kenaikan harga mobil baru yang tidak seimbang dengan pertumbuhan pendapatan rumah tangga, serta peningkatan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang mempengaruhi niat pembelian masyarakat melalui pembiayaan kredit kendaraan. 

Pada tahun 2024, harga mobil baru tercatat meningkat 37% sejak 2014, sedangkan pendapatan rumah tangga hanya naik sebesar 28% dalam periode yang sama.

Hal ini menjadikan harga mobil baru lebih tinggi daripada pendapatan tahunan rata-rata rumah tangga, yang menekan daya beli dan menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih kendaraan.

"Toyota mendominasi segmen hybrid dengan pangsa pasar yang sangat kuat, mencapai 67%. Sementara itu, di segmen kendaraan listrik baterai (BEV), Wuling memimpin dengan pangsa pasar sebesar 47%. Ini menunjukkan dominasi Toyota di pasar hybrid dan tingginya penerimaan konsumen terhadap Wuling di pasar kendaraan listrik, mencerminkan tren yang menarik dalam preferensi konsumen Indonesia," kata Iwan.

Baca Juga: Perbandingan Mobil Bekas vs. Mobil Baru: Mana yang Lebih Menguntungkan?

Perubahan preferensi konsumen yang cenderung ke arah EV mencerminkan pentingnya strategi perusahaan otomotif untuk fokus pada inovasi teknologi dan model yang sesuai dengan permintaan pasar yang dinamis. 

Menurut analisis MarkPlus, mayoritas konsumen di Indonesia masih melakukan riset online namun tetap memilih membeli secara offline, menunjukkan perlunya strategi omnichannel yang kuat untuk memberikan pengalaman konsumen yang seamless.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI