Negara Maju vs Negara Berkembang: Perbedaan Pandangan Soal Mobil Masa Depan

Denada S Putri Suara.Com
Selasa, 15 Oktober 2024 | 12:02 WIB
Negara Maju vs Negara Berkembang: Perbedaan Pandangan Soal Mobil Masa Depan
Ilustrasi mobil/kemudi mobil masa depan. [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Mereka mengaku, juga melihat perbedaan yang signifikan dan semakin meningkat antara pasar yang sudah matang, seperti di AS, Eropa, dan Asia Utara, yang berada pada puncak motorisasi, dengan pasar yang lebih dinamis, namun juga sensitif terhadap harga, seperti di kawasan Asia lainnya, dan Timur Tengah.

"Untuk menjadi OEM otomotif yang sukses, mereka harus bersiap dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul, seperti menavigasi tantangan regulasi dan geopolitik, serta mengatasi dampak dari kehadiran disruptor industri baru, seperti manufaktur EV di China. Semua hal ini dilakukan sembari meningkatkan digitalisasi,” lanjutnya.

Studi ini berfokus pada lima topik, profil kepemilikan mobil; adopsi layanan mobilitas baru; kemudi otonom (autonomous driving); sistem drivetrains alternatif (termasuk EV); dan dampak penggunaan alat digital terhadap penjualan model.

Beberapa temuan studi tersebut meliputi:

De-motorisasi adalah fenomena yang terbatas di lingkungan urban-misalnya, sebanyak 76% dari mereka yang tinggal di kota-kota Eropa dengan populasi lebih dari 5 juta jiwa (yang semuanya memiliki jaringan transportasi umum yang kuat) mengatakan bersedia untuk tidak lagi menggunakan mobil, namun secara umum kepemilikan mobil terus meningkat di seluruh dunia.

Kurang dari 50% konsumen telah mencoba layanan mobilitas baru, seperti layanan tumpangan (ride-sharing) dan berbagi mobil (car-sharing). Layanan pemesanan kendaraan (ride-hailing), yakni taksi dengan menggunakan sistem antarmuka pengguna digital, sangat populer di semua wilayah.

Hampir dua pertiga (65%) konsumen menyebutkan bahwa risiko keselamatan akibat kesalahan mesin (machine error) menjadi kekhawatiran terbesar mereka dalam mengemudikan kendaraan otonom, dengan tingkat kepercayaan yang tidak mengalami peningkatan secara signifikan dalam lima tahun terakhir.

Powertrain hybrid dan plug-in hybrid akan memainkan peran penting dalam mobilitas di masa depan, dengan 34% konsumen global mengharapkan kendaraan berikutnya berjenis hibrida. Angka ini sama dengan persentase konsumen yang memilih mesin ICE, dan lebih unggul dari opsi BEV murni dengan hanya 26% konsumen memilihnya.

Saluran penjualan fisik (seperti dealer mobil) masih tetap relevan, dengan lebih dari tiga perempat (77%) konsumen global menyatakan bahwa konsultasi pribadi saat proses pembelian kendaraan menjadi faktor utama dalam meningkatkan kepuasan mereka. Ini kemudian membatasi peluang untuk melakukan digitalisasi penuh, meski terdapat 53% konsumen di Timur Tengah yang terbuka untuk melakukan transaksi secara digital.

Baca Juga: BYD Kuasai Pasar Mobil Listrik di Kuartal III 2024, Wuling Terpental

Hirotaka Uchida, Partner sekaligus Head of Thailand dan Head of Automotive and Manufacturing Practice di ADL Asia Tenggara, mengungkapkan, asumsi kemajuan global yang lurus menuju pasar otomotif yang terkoneksi, otonom, berbagi, dan elektrik sedang diuji.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI