Suara.com - Baru-baru ini, dunia otomotif dihebohkan dengan rumor bahwa dua raksasa otomotif, Renault dan Stellantis, akan bergabung untuk membentuk kekuatan baru di industri ini. Namun, para eksekutif dari kedua perusahaan dengan tegas membantah laporan tersebut, menyebutnya sebagai spekulasi belaka.
Desas-desus mengenai potensi merger antara Renault dan Stellantis mulai muncul awal tahun ini, dipicu oleh laporan media Italia. Laporan dari First Online mengklaim bahwa tujuan dari merger ini adalah untuk menciptakan kolosus otomotif Eropa yang mampu menggeser posisi Toyota sebagai produsen mobil terbesar di dunia. Selain itu, entitas gabungan ini juga diperkirakan bisa mengalahkan Grup Volkswagen sebagai produsen mobil terkemuka di Eropa.
Dukungan dari Pemerintah Prancis
Spekulasi semakin memanas dengan adanya kabar bahwa Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mendukung ide ini, menurut laporan Carscoops. Macron dikabarkan mendukung aliansi strategis antara dua merek besar ini untuk memperkuat sektor otomotif Eropa. Pemerintah Prancis sendiri memiliki kepentingan besar dalam masa depan merek Stellantis dan Renault, dengan kepemilikan 15% saham di Renault dan 6,1% di Stellantis.
Baca Juga: Terungkap Bocoran Kia Sonet EV: Mampu Tempuh 450 Km Sekali Cas!
Penolakan dari Para Eksekutif
Namun, dalam wawancara terbaru dengan media, CEO Stellantis, Carlos Tavares, menyebut laporan tersebut sebagai "spekulasi murni". Sementara itu, CEO Renault, Luca de Meo, juga menepis rumor tersebut sebagai “desas-desus” saat berbicara di sebuah acara perusahaan di Paris.
Menariknya, media Italia juga berspekulasi bahwa bukan hanya Stellantis dan Renault yang mungkin bergabung. Beberapa sumber mengklaim bahwa BMW baru-baru ini bergabung sebagai mitra potensial ketiga dan dapat membawa keahliannya dalam kendaraan listrik kelas atas. Para eksekutif dari ketiga merek ini mungkin akan bertemu di Paris Motor Show yang akan dimulai minggu depan.