Senasib dengan Indonesia, Thailand Prihatin dengan Penjualan Mobil Baru

Kamis, 29 Agustus 2024 | 19:52 WIB
Senasib dengan Indonesia, Thailand Prihatin dengan Penjualan Mobil Baru
Model berpose di samping kendaraan yang dipamerkan dalam pameran otomotif GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Kamis (11/11/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasar otomotif di Thailand tengah lesu. Pemerintah setempat prihatin dengan kondisi penjualan mobil baru akhir-akhir ini. Kasus ini mirip dengan yang dialami Indonesia.

Penjualan mobil baru di Thailand mengalami penurunan drastis pada tahun 2024. Kondisi ini tentu saja menjadi perhatian bagi para pelaku industri otomotif dan pemerintah setempat.

Apa Penyebabnya?

Beberapa faktor utama yang menyebabkan lesunya industri otomotif di Thailand seperti dilansir dari Bangkok Post diantaranya:

Baca Juga: Laga Kedua Lawan Thailand, Timnas U-19 Harus Waspadai Misi Balas Dendam Tim Gajah Perang Muda

  • Tingkat Utang Rumah Tangga: Kenaikan tingkat utang rumah tangga membuat konsumen lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang untuk membeli mobil baru.
  • Pertumbuhan Ekonomi yang Lambat: Perlambatan ekonomi secara keseluruhan juga berdampak pada daya beli masyarakat, termasuk untuk produk otomotif.
  • Kredit Kendaraan yang Ketat: Perusahaan pembiayaan kendaraan semakin ketat dalam memberikan kredit, sehingga menyulitkan konsumen untuk membeli mobil secara kredit.

Penjualan Mobil di Thailand Anjlok

Di Thailand, penurunan penjualan mobil paling tajam terjadi pada segmen pikap, yang selama ini menjadi primadona pasar otomotif di negara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen semakin menahan diri untuk membeli mobil baru, bahkan untuk kebutuhan komersial.

Pikap merupakan segmen mobil paling populer di Thailand. Sepanjang Januari-Juli penjualan pikap murni hanya mencapai 102.748 unit, turun 39,6 persen dari periode sama 2023.

Sementara pikap mobil penumpang turun 42,5 persen menjadi 21.814 unit. Sedangkan mobil penumpang turun 36,6 persen menjadi 94.497 unit.

Meski begitu terjadi peningkatan di segmen mobil listrik, sebesar 12,8 persen menjadi 40.343 unit. Penjualan mobil hybrid naik lebih tinggi, yakni 65,8 persen menjadi 76.014 unit.

Baca Juga: Hadapi Arab Saudi, Ustaz Adi Hidayat Beri Bekal 'Senjata' Penting untuk Timnas Indonesia

Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia. Penjualan mobil baru di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan, terutama pada segmen mobil penumpang. Meskipun penjualan mobil listrik dan hybrid mengalami peningkatan, namun belum cukup untuk mengimbangi penurunan penjualan di segmen lainnya.

Apa Solusi untuk Mengatasi Masalah Ini?

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Thailand dan Indonesia perlu bekerja sama dengan industri otomotif untuk mencari solusi. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  • Memberikan Insentif: Pemerintah dapat memberikan insentif pajak atau potongan harga untuk pembelian mobil baru, terutama untuk mobil listrik dan hybrid.
  • Mempermudah Akses Kredit: Pemerintah perlu mendorong lembaga pembiayaan untuk memberikan kemudahan akses kredit bagi konsumen yang ingin membeli mobil.
  • Meningkatkan Kualitas Infrastruktur: Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan transportasi umum dapat mendorong minat masyarakat untuk beralih ke transportasi publik.

Untuk mengatasi lesunya pasar otomotif, dibutuhkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, produsen mobil, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan bekerja sama, diharapkan dapat ditemukan solusi yang efektif untuk merangsang kembali minat konsumen terhadap produk otomotif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI