Ghosn juga mengingatkan bahwa membangun sinergi antara tiga perusahaan besar bukanlah perkara mudah.
Tantangan terbesar terletak pada penentuan peran masing-masing, pembagian kerja, dan pengorbanan identitas merek.
Sepak terjang Ghosn
Meskipun Ghosn saat ini berstatus buron, pengalamannya dalam memimpin aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi membuatnya memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika industri otomotif.
Pernyataannya ini tentu saja memicu spekulasi dan pertanyaan besar tentang masa depan dari ketiga perusahaan tersebut.
Pagar betis dari Jepang
Di saat raksasa otomotif Jepang lainnya, Toyota, memutuskan untuk fokus di ranah kendaraan hidrogen dan hybrid, praktis gempuran dari mobil listrik China akan susah dibendung.
Sebelumnya, Honda sudah berkolaborasi dengan produsen elektronik ternama, Sony. Ditambah dengan adanya Nissan dan Mitsubishi, bisa jadi perusahaan raksasa Negeri Samurai inilah yang akan menjadi pagar betis untuk meredam gempuran dari brand-brand Tiongkok.
Apakah ini benar-benar sebuah pengambilalihan terselubung? Waktu akan menjawabnya. Namun, satu hal yang pasti, persaingan di industri otomotif, terutama dalam era kendaraan listrik, semakin memanas.
Baca Juga: Dulunya Bak Minyak dan Air, Kini Honda Jalin Kerja Sama dengan Yamaha: Ini 4 Faktanya