Suara.com - Tarif impor tinggi yang diberlakukan oleh Uni Eropa (UE) terhadap mobil listrik buatan China. Kebijakan ini bertujuan melindungi produsen lokal Eropa yang menghadapi persaingan ketat dari mobil listrik China yang harganya lebih bersaing. Namun, apa konsekuensinya?
Tarif Impor Tinggi
Dilansir dari MotorTrend, UE resmi memberlakukan tarif impor tinggi untuk kendaraan listrik asal China mulai 5 Juli 2024. Tarif ini meningkat cukup signifikan, berkisar antara 17,4% hingga 37,6%, dibandingkan dengan tarif 10% saat ini.
Produsen mobil China, seperti BYD dan Geely (yang memiliki Volvo Swedia), akan terkena dampak. Bahkan mobil listrik buatan China yang dijual di AS juga terpengaruh.
Baca Juga: Induk Perusahaan Volvo Racik Baterai Mobil Listrik, Sayonara Range Anxiety!
Volvo mengumumkan penundaan peluncuran model EX30 yang diproduksi di China untuk pasar AS, karena biaya tarif. Polestar juga mengalami penundaan dengan Polestar 3, yang diproduksi di Chengdu, China.
Dampak pada Brand Eropa
Brand Eropa yang memproduksi mobil di China juga merasakan efeknya. Mini, misalnya, mengalami perubahan jadwal peluncuran Cooper E 2025 yang diproduksi di China.
Namun, Mini Countryman EV 2025 (diproduksi di pabrik BMW Jerman) tetap akan tiba di AS sesuai rencana.
Tarif ini menciptakan ketidakpastian dan mempengaruhi perencanaan produksi global. Apakah ini benar-benar mengimbangi persaingan atau hanya bentuk proteksionisme?
Baca Juga: Cara Merawat Baterai Mobil Listrik Agar Tak Cepat Jebol
Pertimbangkan minat administrasi Biden untuk mendorong lebih banyak mobil listrik di Amerika.