Suara.com - Rencana pemerintah untuk memberikan insentif mobil hybrid mendapat tanggapan miring dari sejumlah pihak. Pasalnya insentif mobil hybrid dinilai dapat mempengaruhi pasar mobil listrik.
Selain itu, insentif pemerintah dinilai dapat menghambat perkembangan ekosistem kendaraan listrik baterai di Indonesia.
"Tren penjualan mobil hybrid tentunya akan meningkat ketika insentif diberlakukan, sehingga bisa mendistorsi pangsa pasar mobil listrik di Tanah Air. Rencana kebijakan insentif untuk HEV (Hybrid Electric Vehicle) juga berpotensi menghambat kemajuan ekosistem BEV di Indonesia," kata Tauhid Ahmad, Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), dalam keterangannya, baru-baru ini.
Pemberian insentif ini juga disebut dapat menghambat investasi keberlanjutan dari pabrikan-pabrikan yang telah membangun ekosistem EV di Indonesia. Hal itu dinilai bisa mengganggu keberlanjutan ekosistem BEV di masa depan karena dalam pengembangan komponen kendaraan listrik dibutuhkan investasi dalam jumlah besar.
Baca Juga: Susul AS dan Eropa, Giliran Kanada yang Pasang Tarif Tinggi untuk Mobil Listrik China
"Dengan pertimbangan semua faktor ini, penting bagi Pemerintah Indonesia untuk menyeimbangkan kebijakan insentifnya agar tidak menghambat kemajuan ekosistem BEV yang sudah mulai berkembang," kata Ahmad.
Hal senada juga sempat disampaikan Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko mengatakan insentif mobil hybrid bisa membuat pertumbuhan mobil listrik tak berjalan baik.
"Tidak bisa dengan mudah berikan izin (insentif ke mobil hybrid) nanti untuk mobil listriknya nggak akan bertumbuh dengan baik," kata Moeldoko.
Lebih jauh, Moeldoko mengatakan, pemberian insentif buat mobil hybrid perlu dipelajari, termasuk kegunaannya untuk lingkungan dan perekonomian.
Penjualan Mobil Hybrid Lebih Moncer
Baca Juga: Toyota Pilih Kembangkan Mesin Pembakaran Baru Ketimbang Mobil Listrik
Tercatat sepanjang 2023, penjualan mobil listrik dan hybrid mengalami pertumbuhan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik menembus angka 17 ribu unit. Sedangkan penjualan mobil hybrid tembus 54 ribu unit sepanjang tahun lalu.
"Mobil listrik tahun lalu penjualan ita tembus 17 ribu unit. Padahal kalau kita lihat di 2021 tidak sampai 300 unit. 2022 ternyata mampu meningkatkan penjualan di 10 ribu unit," ujar Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo, di sela diskusi bertema 'Memproyeksi Pasar Otomotif 2024'.
Lebih lanjut, Kukuh mengatakan, bila sama-sama melihat pada 2022. Baik mobil listrik dan hybrid mulai di angka yang sama 10 ribu unit. Sedangkan di 2023, penjualan mobil listrik dan hybrid terlihat berbanding jauh.
"Hybrid dan listrik sama-sama 10 ribu unit di 2022. Di 2023 saat mobil listrik tembus 17 ribu unit, hybrid justru tembus 54 ribu unit. Ini tampaknya menjawab pertanyaan masyarakat akan kendaraan elektrifikasi. Karena mobil listrik bukanlah first time buyers," pungkas Kukuh.