Suara.com - Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan rumah tangga masyarakat di kelas menengah kini menganggap membeli mobil bukan menjadi prioritas karena itu barang tersier.
Adapun pasar mobil di empat bulan pertama 2024 terpuruk, turun sekitar 21 persen dari periode yang sama tahun lalu. Para produsen mobil Indonesia berharap penjualan roda empat akan kembali pulih di semester kedua tahun ini.
"Masyarakat kelas menengah kini lebih memprioritaskan konsumsi kebutuhan pokok, alih-alih membeli mobil yang masih dipandang sebagai barang tersier," ujar Tauhid di Jakarta, Rabu (12/6/2024).
Menurut Tauhid, konsumsi rumah tangga hanya 4,91 persen pada kuartal pertama 2024 meski pertumbuhan ekonomi Indonesia menyentuh 5,11 persen pada periode yang sama. Itu menunjukkan dalam konsumsi, rumah tangga menerapkan skala prioritas.
Baca Juga: Toyota Mulai Rasakan 'Angin Segar' Penjualan Mobil di Indonesia
Mengingat kuartal pertama lalu, harga sejumlah mobil di Indonesia naik ketika suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) masih tinggi (6,25 persen). Padahal, mayoritas konsumen otomotif membeli mobil menggunakan skema pembiayaan kredit.
"Konsumen dihadapkan pilihan sulit, karena laju kenaikan harga mobil tidak diimbangi oleh perbaikan daya beli masyarakat," kata Tauhid.
Ia memperkirakan produsen mobil akan lebih berhati-hati mengatur kebijakan harga jual produknya pada kuartal berikutnya.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan, penjualan mobil di Indonesia berada dalam tren negatif sejak awal 2024 dan masih berlangsung hingga kini.
Per Mei 2024, penjualan pabrik ke diler (wholesales) mobil nasional turun 21 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) menjadi 334.969 unit.
Baca Juga: Honda Optimistis, Penjualan Mobil Indonesia di Mei Mulai Menyala
Sedangkan penjualan diler ke konsumen (ritel) mobil nasional juga terkoreksi 14,4 persen (yoy) menjadi 361.698 unit.