Suara.com - Daihatsu Motor Co pada pekan ini melaporkan telah mengalami kerugian sebesar 5 miliar yen untuk tahun fiskal 2023. Ini merupakan kerugian pertama yang diderita Daihatsu sejak 1992, ketika Jepang mengalami krisis ekonomi akibat pecahnya gelembung real estate di negara tersebut.
Daihatsu rugi setelah meraup keuntungan hingga 38 miliar yen di tahun fiskal 2022 lalu, demikian diwartakan kantor berita Jiji Press, Sabtu (8/6/2024).
Daihatsu, anak usaha Toyota itu, menelan kerugian akibat terungkapnya skandal manipulasi hasil uji keselamatan di sejumlah besar mobilnya selama lebih dari tiga dekade.
Skandal ini melibatkan mobil-mobil Toyota dan Daihatsu yang diproduksi serta dijual di Jepang juga berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia.
Baca Juga: Honda Indonesia Bungkam Soal Skandal Uji Keselamatan CR-V
Kerugian yang dialami Daihatsu terutama disebabkan oleh penutupan empat pabriknya di Jepang selama beberapa bulan hingga dibuka serta beroperasi kembali pada Mei kemarin. Ada skandal itu terungkap pada akhir 2023.
Daihatsu juga harus kehilangan sekitar 70 miliar yen untuk membayar ganti rugi kepada sejumlah pemasok komponen yang dirugikan oleh penutupan pabrik-pabrik tersebut.
Menurut data industri di Jepang, penjualan mobil kecil Daihatsu turun 21,6 persen atau sekitar 443.000 unit selama tahun fiskal 2023 yang berakhir pada Maret kemarin.
Sementara menurut Xinhua, kantor berita China, Daihatsu juga akan melakukan recall atau penarikan kembali sekitar 44.827 mobilnya di Jepang, yang diproduksi dari September 2022 - April 2024. Alasannya karena ada komponen di dalam mobil yang tidak sesuai standar.
Kini posisi Daihatsu sebagai raja mobil kecil di Jepang digeser oleh Suzuki. Faktanya ini adalah pertama kalinya dalam 18 tahun Suzuki berhasil merajai pasar mobil kecil di Jepang.
Baca Juga: Toyota Mulai Rasakan 'Angin Segar' Penjualan Mobil di Indonesia