Suara.com - Bos Tesla Elon Musk mengkritik pemerintah Amerika Serikat yang mengenakan tarif besar hingga 100 persen untuk mobil-mobil listrik buatan China. Ia mengatakan tarif tersebut tidak ada gunanya dan hanya akan merusak pasar kendaraan listrik.
Komentar Musk ini bertolak belakang dengan omongannya sendiri pada Januari lalu, ketika ia mengatakan bahwa diperlukan intervensi pemerintah agar mobil-mobil listrik China tak menghancurkan industri otomotif di negara lain.
"Tesla dan saya tidak meminta tarif-tarif ini. Faktanya saya kaget ketika kebijakan ini diumumkan. Hal-hal yang membatasi pertukaran barang atau merusak pasar adalah tidak bagus," kata Musk pada Kamis kemarin (23/5/2024).
Sebenarnya Tesla adalah pihak yang paling diuntungkan di AS dengan kebijakan Presiden Joe Biden itu. Tesla adalah satu-satunya pemain mobil listrik lokal di AS.
Baca Juga: Jangan Cuma Jualan, Starlink Diminta Buka Kantor di Indonesia
Sebelumnya pada Mei ini Biden mengumumkan kebijakan baru, yakni penetapan tarif impor tinggi untuk barang-barang buatan China. Termasuk di dalamnya adalah mobil listrik yang tarifnya bisa lebih dari 100 persen.
Menurut sejumlah analis, komentar Musk itu adalah upaya cari selamat agar Tesla tidak dipersulit di China. Diketahui, China adalah salah satu pasar utama Tesla di dunia. Bahkan Tesla memiliki pabrik mobil listrik di Shanghai.
Di China sendiri Tesla kini menghadapi situasi sulit melawan para pesaing lokal, yang terus-menerus menurunkan harga untuk merebut pasar lokal.
Sementara itu Beijing pada pekan ini mengatakan akan membalas kebijakan Washington itu dengan juga menaikkan tarif untuk mobil-mobil mewah dari AS dan Eropa.
Jika China ingin membalas, tentu saja Tesla adalah sasaran empuk. Apa lagi Tesla merupakan saingan utama BYD, raksasa mobil listrik asal Shenzhen.
Baca Juga: Detik-detik Elon Musk Curigai Burung Gereja di Bali: Dikira Drone Pengintai?
"Musk sedang berusaha membatasi kerugian yang mungkin disebabkan jika China membalas kebijakan itu ke perusahaan-perusahaan AS di China," kata Matthias Schmidt, analis industri otomotif kepada The Guardian.
Schmidt mengatakan komentar Musk itu senada dengan protes pabrikan-pabrikan otomotif Jerman, yang juga memiliki pabrik dan pasar besar di China.
"Mereka ketakutan akan diusir dari pasar mobil terbesar di dunia, yaitu China," tegas Schmidt.