Menteri Airlangga Minta Tolong Korsel Bujuk AS Terima Baterai EV Buatan Indonesia

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 23 Mei 2024 | 21:36 WIB
Menteri Airlangga Minta Tolong Korsel Bujuk AS Terima Baterai EV Buatan Indonesia
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto minta tolong Korsel membujuk AS agar menerima produk EV buatan Indonesia. (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta Pemerintah Korea Selatan untuk melobi Pemerintah Amerika Serikat agar dapat membuka pasar bagi produk-produk terkait kendaraan listrik buatan Indonesia.

Pemerintah Indonesia sejauh ini belum bisa menjual produk berbasis nikel, termasuk baterai mobil listrik ke AS setelah Washington tahun lalu mengesahkan undang-undang pengurangan inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA).

IRA mengatur bahwa subdisi dan insentif hanya akan diberikan pada kendaraan listrik atau produk terkait yang diproduksi/dirakit di AS dan di negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS.

Sayang Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS sehingga dan hingga saat ini upaya Jakarta untuk melobi pemerintahan Joe Biden agar menyepakati perjanjian perdagangan bebas terbatas belum membuahkan hasil.

Baca Juga: Harga Hyundai Kona Electric Diumumkan Besok

“Saya berharap bahwa ekosistem EV bisa lebih dalam dan tentunya nanti dengan Korea mohon bantuan untuk berbicara dengan Amerika agar Undang-Undang IRA-nya, bisa membuka pasar bagi produk hasil kolaborasi LG dan Hyundai ke Amerika,” kata Airlangga Hartarto dalam pernyataannya di Jakarta, Kamis (23/4/2024).

Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution telah berinvestasi di Indonesia untuk membangun pabrik sel baterai di Karawang. Pabrik itu rencananya berproduksi mulai Juni mendatang.

Selain itu Hyundai juga sudah memproduksi mobil di Indonesia dan dalam waktu dekat akan meresmikan pabrik ketiganya yang menghasilkan sistem baterai.

Selain investasi Hyundai dan LG, ia menuturkan bahwa terdapat beberapa kerja sama lain antara Indonesia dan Korea Selatan yang sudah berjalan, seperti perluasan pabrik petrokimia Lotte serta pembangunan klaster baja Krakatau Steel-Posco.

Namun, Airlangga menyatakan bahwa terdapat beberapa kesepakatan kerja sama yang masih perlu didorong implementasinya, seperti perluasan akses pasar UMKM Indonesia melalui e-platform Korea Selatan, penerapan Carbon Capture and Storage (CCS), produksi energi hidrogen/amonia, serta pembangunan PLTA.

Baca Juga: 2 Juta Mobil Listrik dan 13 Juta Motor Listrik Masuk Target Realisasi 2030

Ia pun berharap Menteri Perdagangan, Industri dan Energi Korea Selatan Ahn Duk Geun dapat membantu memperkuat dan memperdalam kerja sama industri, perdagangan, maupun transisi energi antara kedua negara.

“Kami percaya kerja sama kita ke depannya akan semakin meningkat dan berkembang,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga turut mengundang Ahn untuk menghadiri pertemuan Joint Committee on Economic Cooperation (JCEC) Ke-3 di Jakarta pada Juli 2024.

Sementara itu, Ahn menyampaikan peluang kerja sama terkait pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir melalui Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI).

Lembaga tersebut telah mengembangkan teknologi Small Modular Reactor (SMR) yang didesain aman dan menghasilkan jejak karbon lebih rendah dibandingkan reaktor konvensional. SMR dapat menjadi solusi alternatif untuk memasok energi listrik terutama di daerah-daerah terpencil atau terisolasi.

Hubungan perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan kini memasuki dekade kelima. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat total nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai 20,8 miliar dolar AS pada 2023.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI