Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim bahwa suplai mobil listrik China yang berlebih menjadi pertimbangan CEO Tesla Elon Musk untuk menunda investasi, termasuk ke Indonesia.
Diwartakan sebelumnya pasar mobil listrik China saat ini dinilai kelebihan produksi, sehingga memaksa para produsen untuk berlomba-lomba menurunkan harga dan mulai mencari pasar baru, termasuk ke Asia Tenggara.
Di Indonesia sendiri sejak 2023 kemarin telah masuk beberapa merek mobil Tiongkok seperti BYD, Chery, GWM hingga yang terbaru AION.
“Kelihatan EV China oversupply. Harganya China lebih murah dari mereka, jadi dia (Elon Musk) masih menunggu beberapa waktu untuk berpikir investasi di mana pun,” ujar Luhut ketika ditemui usai peluncuran buku Citarum Harum di Badung, Bali pekan ini.
Baca Juga: Tesla Diundang Pemerintah untuk Bikin Pabrik Baterai EV: Pernyataan Luhut Disorot Media Asing
Bahkan, kata Luhut melanjutkan, pabrik Tesla di Meksiko dan Jerman pun mengurangi produksi mereka. Langkah tersebut diambil Elon Musk setelah mempertimbangkan kondisi dari pasar dunia.
“Jadi, mereka masih melihat pasar dunia. (Setelah) lebih tenang, nanti baru mereka akan masuk,” kata Luhut.
Luhut meyakini bahwa Indonesia adalah salah satu alternatif yang sangat baik bagi Elon untuk berinvestasi kendaraan listrik.
“Indonesia saya kira akan menjadi alternatif yang sangat baik buat beliau (Elon),” kata Luhut.
Sebelumnya, Elon Musk yang hadir di ajang World Water Forum 2024 di Bali mengatakan ada kemungkinan perusahaannya akan berinvestasi di Indonesia.
Baca Juga: Menkominfo Sebut Seluruh Indonesia Bisa Nikmati Internet Starlink Elon Musk
Sayang ia tak merinci perusahaan apa yang dimaksud, mengingat pemerintah Indonesia menawarkan banyak peluang kepada Musk termasuk di antaranya pengembangan baterai kendaraan listrik, mobil listrik hingga pangkalan peluncuran roket di Biak, Papua.
Sebelumnya pada kesempatan yang sama Luhut mengatakan bahwa ada dua sektor yang berpotensi disasar Elon Musk. Keduanya adalah baterai dan peluncuran roket di Biak yang bisa dimanfaatkan oleh SpaceX.