AS Pagari Mobil Listrik China: Konglomerat Girang, Rakyat Jelata Meradang

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Kamis, 16 Mei 2024 | 11:22 WIB
AS Pagari Mobil Listrik China: Konglomerat Girang, Rakyat Jelata Meradang
Mobil Tesla jadi hadiah pertandingan tinju Vicky Prasetyo hingga Pesulap Merah Pluit, Jakarta Selatan pada Rabu (19/10/2022) [Suara.com/Rena Pangesti]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selain kekhawatiran jarak tempuh dan waktu pengisian daya, harga mobil listrik yang kerap menguras kantong menjadi momok tersendiri.

Tak cuma di Indonesia, anggapan tersebut juga berlaku di Amerika Serikat. Di sisi lain, produsen China menawarkan opsi EV yang lebih ramah di dompet, seperti BYD.

Sayangnya, konsumen AS kini gigit jari karena kebijakan tarif tinggi yang membatasi kehadiran EV China.

Sebelumnya, mobil listrik buatan China sudah dibebani tarif sebesar 28%, angka yang cukup tinggi dan efektif menghalangi geliat EV China di pasar AS.

Baca Juga: Sinopsis dan Jadwal Tayang Drama China Perfect Her, Dibintangi Luo Zheng

Namun, tarif terbaru yang diterapkan pemerintahan Presiden Joe Biden bisa dibilang "kelewatan". Dikutip dari Motorbiscuit, kini tarif impor EV dan panel surya asal China dinaikkan menjadi 100%.

Menurut pemerintah AS, kebijakan ini diambil untuk "menanggapi kebijakan tidak adil dan melindungi lapangan pekerjaan di AS".

BYD Chaser 05. (Arena EV)
BYD Chaser 05. (Arena EV)

Sama seperti kebijakan tarif sebelumnya, langkah ini nyaris mustahilkan masuknya EV China ke AS. Dapat dipahami bahwa pemerintah AS ingin melindungi inisiatif kendaraan bersih lokal dari gempuran EV China yang harganya miring.

Namun, pada akhirnya kebijakan ini justru merugikan konsumen AS. Saat ini, mobil listrik China yang terjangkau bisa dikirim ke berbagai belahan dunia, termasuk AS, menawarkan teknologi EV tanpa perlu merogoh kocek dalam-dalam, khususnya bagi para komuter perkotaan.

Solusi idealnya tentu saja hadirnya EV buatan AS dengan harga bersaing dari pabrikan lokal seperti Tesla, Ford, dan GM.

Baca Juga: Kelimpungan Juga, Gedung Putih Tengah Berupaya Selamatkan Dokter Asal AS yang Terjebak di Gaza

Sayangnya, Chevrolet Bolt EV, salah satu EV termurah di AS, dibanderol sekitar $27,495 (sekitar Rp 440 juta) untuk model 2023. Bandingkan dengan BYD Seagull, mobil listrik kompak asal China yang dilego sekitar USD 12,000 (sekitar Rp 192 juta) di pasar domestik China.

Jadi, bagaimana menurut Anda? Apakah kebijakan tarif tinggi ini layak ditiru oleh pemerintah Indonesia? Atau justru sebaliknya?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI