Suara.com - Volvo, pabrikan mobil asal Swedia yang terkenal dengan tagline "safety first", punya ambisi besar: beralih sepenuhnya ke mobil listrik pada tahun 2030.
Targetnya pun agresif, yakni separuh dari total penjualan global mereka pada 2025 harus berasal dari mobil listrik. Namun, kenyataan di lapangan berkata lain. Tahun 2024 justru menjadi mimpi buruk bagi penjualan mobil listrik Volvo di Amerika Serikat.
Dilansir dari Carscoops, penjualan mobil listrik Volvo di AS anjlok hingga 69% di periode Januari-April 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Bandingkan dengan angka 4.138 unit mobil listrik yang berhasil mereka jual pada awal 2023, kini hanya 1.298 unit yang berhasil mereka lepas ke tangan konsumen.
Baca Juga: Wuling Umumkan Harga Cloud EV di Indonesia, Masih di Bawah Rp 400 Juta
Ironisnya, di saat yang sama, penjualan model plug-in hybrid Volvo justru mengalami peningkatan pesat sebesar 55%, mencapai angka 10.124 unit.
Secara keseluruhan, penjualan Volvo di AS pun naik 15% dari 36.094 unit di Q1 2023 menjadi 41.555 unit di Q1 2024.
Salah satu faktor penyebabnya adalah pilihan produk yang terbatas. Saat ini, Volvo hanya menawarkan dua model mobil listrik penuh di dealer AS: XC40 Recharge dan C40 Recharge.
Keduanya merupakan crossover kompak yang menuai pujian dari para kritikus, namun dengan banderol lumayan tinggi: $52,450 dan $53,600 (sebelum insentif).
Harga tersebut lebih mahal dibanding Tesla Model Y yang bisa diboyong pulang dengan harga mulai $44,990 (sebelum insentif).
Baca Juga: Mau Nongol di India, Intip Hyundai Casper: SUV Mungil Mesin Super Irit
Meski begitu, Volvo setidaknya bisa berbangga dengan margin keuntungan sebesar 16% untuk setiap unit mobil listrik yang terjual.