Eropa vs China: Peneliti Mengklaim Emisi Produksi Baterai Bisa Turun 37% Jika Digarap di Benua Biru?

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Selasa, 14 Mei 2024 | 14:06 WIB
Eropa vs China: Peneliti Mengklaim Emisi Produksi Baterai Bisa Turun 37% Jika Digarap di Benua Biru?
Baterai mobil listrik hasil kemitraan Volvo-Northvolt [Volvo via ANTARA].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kendaraan listrik (EV) didorong sebagai masa depan industri otomotif yang ramah lingkungan. Namun, tahukah Anda bahwa proses produksi baterai, komponen vital EV, ternyata menyumbang emisi karbon yang tinggi?

Bahkan, emisi yang dihasilkan bisa lebih besar dibanding produksi kendaraan berbahan bakar bensin!

Dikutip dari Carscoops, sebuah studi terbaru dari Transport & Environment (T&E) menemukan fakta menarik. Jika produksi baterai dipindahkan dari China ke Eropa, emisi karbon yang dihasilkan bisa ditekan hingga 37%.

Angka ini bisa melonjak menjadi 62% jika menggunakan energi terbarukan dalam proses produksinya.

Baca Juga: Subaru Manfaatkan Fasilitas Pabrik Toyota Kembangkan 3 Produk Mobil Listrik

Julia Poliscanova, Direktur Senior Rantai Pasokan E-mobilitas T&E, mengatakan, "Baterai dan material penyusunnya adalah 'minyak bumi' baru. Para pemimpin Eropa harus fokus dan bekerja sama untuk mendapatkan keuntungan iklim dan industri dari baterai."

Meski menjanjikan, studi T&E juga mengungkap tantangan yang dihadapi Eropa. Mereka membutuhkan instrumen yang lebih baik untuk menarik investasi pembangunan pabrik baterai berskala besar (gigafactory) di benua tersebut.

Laporan T&E menyebutkan bahwa lebih dari separuh (53%) rencana pembangunan gigafactory di Eropa terancam mengalami penundaan, pengurangan kapasitas, atau bahkan pembatalan total. Dukungan pemerintah menjadi kunci untuk mewujudkannya.

Namun, kabar baiknya adalah optimisme para investor terhadap produksi baterai di Eropa meningkat. Saat ini, 47% lokasi pembangunan gigafactory di Eropa hingga 2030 dinilai memiliki risiko penundaan atau pembatalan yang rendah (meningkat dari 33% setahun lalu).

Fasilitas pengisian baterai mobil milik Tesla (Shutterstock).
Fasilitas pengisian baterai mobil milik Tesla (Shutterstock).

Persaingan Sengit Blok Barat vs Blok Timur

Baca Juga: Miliki Turunan Nikel, Indonesia-Australia Bakal Bikin Baterai EV Lithium-Ion Bersama?

Menurut Poliscanova, "Persaingan produksi baterai antara China, Eropa, dan Amerika Serikat semakin sengit. Meski beberapa rencana investasi yang berpotensi teralihkan ke Amerika Serikat berhasil diselamatkan, hampir separuh dari rencana produksi masih belum pasti. Uni Eropa perlu memberikan kepastian terkait kebijakan penghentian bertahap mesin bensin dan menetapkan target korporasi terkait EV untuk menjamin para investor gigafactory bahwa produk mereka akan terserap pasar."

Studi ini memberikan gambaran menarik. Memproduksi baterai di Eropa berpotensi lebih ramah lingkungan. Namun, hal ini membutuhkan komitmen kuat dari negara-negara Eropa serta iklim investasi yang baik.

Selain itu, perlu dicermati apakah motivasi utama pemindahan produksi baterai ini benar-benar didorong oleh kesadaran lingkungan atau justru bagian dari strategi politik dan ekonomi antarnegara?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI