Suara.com - Motorcross listrik seperti Stark Varg menjelma jadi ancaman nyata bagi motor 450cc termodern sekalipun.
Buktinya, FIM (Federasi Motor Internasional) sampai harus mengeluarkan regulasi tersendiri untuk mencegah mereka bertarung di kelas yang sama, menurut laporan Rideapart.
Dengan tenaga instan 80 horsepower, performa motor trail listrik ini memang sulit ditandingi, terutama saat start (holeshot).
Adaptasi atau mati. Begitulah kira-kira keadaannya di dunia motorcross.
Baca Juga: Kemenkomarves Sambut Baik Niat BYD Bangun Pabrik di Subang
Namun, ada satu hal yang tidak bisa ditiru motor trail listrik dari motor trail konvensional: kopling. Ketiadaan kopling inilah yang jadi penghambat.
Para rider motocross membutuhkan kopling untuk berbagai manuver - entah itu keluar dari tikungan tajam (berm), mengangkat roda depan saat melewati medan terjal, atau melewati gundukan (whoops).
Minimnya kontrol inilah yang dikeluhkan rider saat menggunakan Stark Varg. Menariknya, bocoran terbaru mengindikasikan bahwa motor trail listrik pertama Yamaha akan memiliki sesuatu yang menyerupai kopling.
Bulan lalu, muncul paten baru dari Yamaha terkait motor motocross. Paten tersebut menjelaskan desain transmisi yang bertujuan meningkatkan traksi.
Tak lama kemudian, Cycle World melaporkan temuan paten lain dari Yamaha yang membahas sistem transmisi tanpa kopling konvensional, namun fungsinya serupa.
Baca Juga: Kembangkan Ekosistem EV di Indonesia, BYD Bangun Pabrik di Subang
Menurut paten tersebut, transmisi yang digunakan mirip dengan kepunyaan motor trial listrik Yamaha, TY-E.
Bedanya, komponen kopling dan flywheel pada transmisi tersebut diganti dengan seperangkat per. Fungsi per ini ada dua: melunakkan hentakan tenaga listrik yang instan, dan menyimpan energi untuk sementara.
Menurut Cycle World, per tersebut akan mengkompres dan menyimpan energi ketika rider menutup gas secara tiba-tiba.
Saat dibutuhkan akselerasi, per akan kembali mengembang, melepaskan energi yang tersimpan dan dikombinasikan dengan tenaga maksimal motor untuk menghasilkan lonjakan tenaga sesaat.
Dengan kata lain, fitur ini bertujuan menggantikan fungsi "blipping the throttle" (menggerakan gas dengan cepat) yang biasa dilakukan rider untuk mengangkat roda depan menggunakan kopling.