Pemerintah Diingatkan Risiko Bila Harga Pertalite Dinaikkan

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 25 April 2024 | 21:54 WIB
Pemerintah Diingatkan Risiko Bila Harga Pertalite Dinaikkan
Pengendara mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU di Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (3/1/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Inflasi diperkirakan di kisaran 2,5 sampai 3,5 persen pada 2024 biila pemerintah menaikkan harga BBM atau bahan bakar minyak, terutama pertalite.

Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengatakan ada beberapa faktor yang bisa mendorong pemerintah menaikkan harga Pertalite, termasuk di antaranya adalah konflik Iran - Israel Timur Tengah yang berpotensi meningkatkan harga minyak dunia.

Baca juga: Avanza dan Stargazer Terancam Tak 'Tenggak' Pertalite Lagi Tahun Ini

“Jika pemerintah menaikkan harga yang mereka atur, terutama harga BBM, lebih spesifik lagi harga Pertalite, dan mungkin juga harga tarif dasar listrik, misalnya mungkin di level daerah ada tarif PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), maka inflasi mungkin akan bisa antara 2,5-3,5 persen,” ungkap Research Director of Macroeconomics CORE Indonesia Akbar Susanto dalam CORE Quarterly Review 2024: Tantangan Ekonomi di Tengah Transisi Pemerintahan di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Baca Juga: Pertalite Dihapus Sebentar Lagi? Dulu Harganya Sempat Sentuh 6 Ribuan per Liter

Ia menambahkan jika pemerintah tidak menaikkan harga Pertalite, maka laju inflasi 2024 akan mencapai 2,5-3,0 persen. Adapun harga Pertalite diperkirakan stabil jika konflik di Timur Tengah itu mereda dan harga minyak dunia turun.

Kendati demikian, CORE Indonesia menganggap angka 3,5 persen masih relatif terkendali karena Bank Indonesia (BI) cenderung menetapkan target inflasi antara 3 persen plus minus 1.

Berdasarkan data historis, lanjut dia, kenaikan inflasi bakal menurunkan konsumsi rumah tangga secara signifikan pada tiga bulan pertama, terutama ketika terjadi kenaikan drastis. Sesudah itu, angka inflasi secara perlahan akan mengalami penurunan hingga bulan ke-20.

“Contoh, kalau pemerintah menaikkan harga Pertalite, maka nanti akan diikuti oleh kenaikan drastis dari harga-harga, dan konsekuensinya adalah konsumsi pada tiga bulan pertama akan turun. Sesudahnya, penurunan itu akan terus berlanjut meskipun pelan-pelan sampai bulan ke-20. Artinya, ini konsekuensi agak panjang, dua bulan itu kan lebih dari 1 tahun,” ujarnya.

Berdasarkan hitung-hitungan sederhana, di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2024, pemerintah menetapkan harga BBM sebesar 82 dolar Amerika Serikat (AS) per barel. 

Baca Juga: Pertalite Dihapus Sebentar Lagi: Deretan Motor Ini Sebetulnya Haram Pakai BBM RON 90

Apabila nanti harga minyak internasional melambung tinggi di atas 82 dolar AS, maka ada alasan dari pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Namun, jika kenaikan harga di kisaran ketetapan harga tersebut, kemungkinan harga BBM tidak jadi naik.

Baca juga: Harga Pertalite dan Biosolar Tidak Naik Sampai Juni, Pertamina Rugi?

Tetapi Akbar mengatakan pemerintah bisa saja menaikkan harga Pertalite meski harga minyak dunia turun.

“Apa kemungkinan lain pemerintah bisa menaikkan harga BBM selain kenaikan harga minyak internasional? Salah satunya adalah jika pemerintah punya kebijakan, terutama pemerintah baru, untuk menghemat pengeluaran dan digunakan untuk hal-hal yang mereka janjikan di dalam kampanye. Itu mungkin terjadi,” tutup dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI