Suara.com - Mobil modern dilengkapi dengan serangkaian kamera dan sensor canggih, yang memfasilitasi pengoperasian berbagai sistem yang dirancang untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan.
Namun, kecanggihan teknologi ini membuat mereka rentan terhadap eksploitasi oleh peretas dan serangan siber.
Potensi kerentanan ini telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa, yang telah memberlakukan peraturan ketat terkait keamanan siber pada mobil.
Dilansir dari Carscoops, semua kendaraan baru yang dijual di Uni Eropa mulai 7 Juli 2024 dan seterusnya harus mematuhi regulasi PBB R155 dan R156, yang telah berlaku untuk persetujuan model baru sejak tahun 2022.
Secara singkat, R155 membutuhkan sistem manajemen oleh OEM otomotif, sedangkan R156 memastikan bahwa pembaruan perangkat lunak kendaraan lebih aman dari ancaman keamanan siber.
Perubahan ini telah mengakibatkan beberapa produsen mobil menghentikan model lama dari jajaran produk mereka di Benua Biru, karena biaya untuk meningkatkan perangkat elektronik mereka dianggap terlalu tinggi.
VW Up!, VW Transporter 6.1, Porsche Macan bertenaga ICE, dan Porsche 718 Boxster/Cayman termasuk di antara model-model yang terpengaruh oleh peraturan keamanan siber.
Daftar ini diperkirakan akan bertambah dengan model-model tambahan yang akan terkena dampak dari Audi, Renault, dan Smart
Namun, produsen mobil lain, seperti Mercedes-Benz, mengklaim bahwa mereka telah siap dengan peraturan baru tersebut, yang tidak akan mempengaruhi portofolio mereka.
Baca Juga: Jaguar Land Rover Dikabarkan Pinjam Platform Chery Demi Kembangkan Mobil Listrik
Sebuah penelitian terbaru, berjudul "Automotive Cyber Security," yang dilakukan oleh Pusat Manajemen Otomotif Jerman (CAM) dan perusahaan perangkat lunak yang berbasis di Amerika Serikat, Cisco Systems, telah mengidentifikasi ancaman keamanan siber yang signifikan terhadap mobil modern.
Studi tersebut menemukan bahwa kendaraan-kendaraan ini rentan terhadap serangan siber.
Stefan Bratzel, direktur CAM, dan salah satu penulis studi tersebut, menyoroti urgensi untuk mengatasi masalah ini.
Meningkatnya prevalensi kendaraan yang ditentukan oleh perangkat lunak, mobilitas listrik, mengemudi secara otonom, dan rantai pasokan yang saling terhubung telah menyebabkan eskalasi risiko siber yang terkait secara bersamaan.