Setali Tiga Uang Dengan Indonesia, Masyarakat Australia Enggan Beli Mobil Listrik Karena Faktor Ini

Jum'at, 12 April 2024 | 14:18 WIB
Setali Tiga Uang Dengan Indonesia, Masyarakat Australia Enggan Beli Mobil Listrik Karena Faktor Ini
Potret Tesla Model X berkendara di jalan raya (dok. Tesla, Inc.)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa masyarakat Indonesia masih enggan membeli mobil listrik sebagai kendaraan utama. Ternyata hal tersebut tak berlaku di Indonesia saja, tetapi di negara tetangga Australia juga demikian.

Meskipun penjualan kendaraan listrik (EV) di Australia diprediksi meningkat di kuartal pertama 2024, masih banyak rintangan yang harus dihadapi. Dilansir dari Car Expert, laporan terbaru dari Asosiasi Dealer Otomotif Australia (AADA) menunjukkan bahwa persepsi pembeli lokal perlu diubah untuk mendorong adopsi EV yang lebih luas.

Meskipun statistik menunjukkan peningkatan penjualan EV (naik 46,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan mencapai 8,3 persen dari total penjualan kendaraan baru), survei terhadap 2.000 pengemudi Australia mengungkapkan beberapa kekhawatiran utama.

Pertama, masyarakat khawatir dengan infrastruktur mobil listrik sehingga mereka mengurungkan niat untuk membelinya. Kemudian mobil listrik masih cukup mahal dan tak ramah di kantong.

Baca Juga: Waspada Kejahatan Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan Saat Lebaran

Hal tersebut senada dnegan apa yang dialami beberapa masyakarakat Indonesia. Yusak Billy, Direktur Penjualan, Pemasaran, dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM) menilai kalau infrastrukur menjadi ketakutan masyakarat Indonesia.

"Mereka yang tidak mau beli kendaraan elektrik itu karena masih memiliki ketakutan di ranah infrastruktur," kata Yusak di Jakarta, Kamis (29/2/2024).

HPM melihat kekhawatiran konsumen yang berkaitan dengan infrastruktur adalah soal charger yang sulit. Selain soal charger, konsumen otomotif Indonesia juga cenderung menunggu perkembangan teknologi lebih lanjut, misalnya daya jangkau yang lebih jauh dan pengisian daya yang jauh lebih cepat.

Tidak hanya soal infrastruktur, HPM juga melihat terdapat kekhawatiran soal nilai jual kembali kendaraan listrik.

Baca Juga: Indonesia Disebut Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel, Ini Penjelasan Kemlu

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI